Bank Indonesia sebut TPID Kaltim Berhasil Kendalikan Inflasi

Inflasi Kaltim sebesar 4,90 persen, lebih rendah dari inflasi nasional 5,28 persen.

Republika/Putra M. Akbar
Warga mengunjungi pasar tradisional (ilustrasi). Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyebut Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) berhasil mengendalikan laju inflasi di provinsi ini pada Januari 2023, terbukti inflasi provinsi itu masih wajar di angka 0,43 persen.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menyebut Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) berhasil mengendalikan laju inflasi di provinsi ini pada Januari 2023, terbukti inflasi provinsi itu masih wajar di angka 0,43 persen.

"Inflasi Kaltim masih terkendali dan berada di bawah inflasi nasional berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada Januari 2023 inflasi Kaltim 0,43 persen (mtm)," ujar Kepala Bank Indonesia Provinsi Kaltim Ricky Perdana Gojali di Samarinda, Kamis (2/2/2023).

Jika dilihat secara tahunan (yoy), maka inflasi Kaltim tercatat sebesar 4,90 persen, lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat 5,28 persen (yoy).

TPID Kaltim bersama TPID kabupaten/kota, lanjut Ricky, terus berupaya melakukan optimalisasi program pengendalian inflasi, guna mengantisipasi kenaikan harga komoditas pangan melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). TPID Kaltim secara aktif bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan lain melakukan sejumlah kegiatan pengendalian inflasi, yakni dengan tujuan menjaga keterjangkauan harga.

Kegiatan pengendalian harga tersebut antara lain menggelar operasi pasar atau pasar murah selama Januari 2023 oleh pemerintah daerah, kemudian melakukan pemantauan harga beras oleh TPID Kaltim dan kabupaten/kota. "Penguatan komunikasi efektif juga terus digencarkan, seperti melalui rapat koordinasi tingkat tinggi maupun koordinasi teknis sehingga terwujud inflasi yang terkendali, dengan harapan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi Kaltim menuju masyarakat yang sejahtera," kata Ricky

Ia melanjutkan, inflasi pada Januari yang sebesar 0,43 persen tersebut jika ditinjau berdasarkan kelompok pengeluaran, maka andil inflasi terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, namun tekanan inflasi ini tertahan oleh deflasi kelompok transportasi. Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi sebesar 5,62 persen (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya dengan capaian inflasi 6,55 persen (yoy) dengan peningkatan harga terutama terjadi pada komoditas beras, ikan layang, dan nasi dengan lauk.

Peningkatan harga pada komoditas pangan didorong oleh ketersediaan pasokan yang menipis akibat curah hujan dan gelombang air laut yang tinggi, kemudian peningkatan tipis dari sisi permintaan akibat adanya perayaan tahun baru 2023 dan Imlek. Sementara kelompok transportasi mengalami deflasi (penurunan harga) sebesar 0,89 persen (mtm), lebih rendah ketimbang deflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,13 persen (mtm).

Deflasi didorong oleh penurunan harga angkutan udara akibat berkurangnya permintaan setelah Natal dan Tahun Baru, ditambah berakhirnya masa berlaku penerapan biaya tambahan yang dikenakan maskapai penerbangan.

"Selain itu, capaian deflasi kelompok transportasi juga disebabkan oleh normalisasi dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM terhadap beberapa komoditas pada kelompok transportasi," kata Ricky.

Baca Juga


 

sumber : ANTARA
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler