Jumlah Korban Jiwa Gempa Bumi Turki dan Suriah Jadi 3.700 Orang
Jumlah korban jiwa akibat gempa di Turki dan Suriah menjadi lebih dari 3.700 orang
REPUBLIKA.CO.ID, KAHRAMANMARAS -- Jumlah korban jiwa akibat gempa bumi besar di Turki dan Suriah menjadi lebih dari 3.700 orang. Musim dingin yang membekukan menambah derita ribuan orang yang terluka dan tuna wisma serta mempersulit upaya pencarian korban yang masih dinyatakan hilang.
Gempa dengan kekuatan 7,8 skala Richter menghancurkan blok-blok apartemen di Turki dan menambah kesulitan bagi jutaan warga Suriah yang bertahun-tahun dilanda perang.
Gempa besar mengguncang dua negara itu sebelum fajar di tengah musim dingin yang buruk, diikuti guncangan susulan pada sore hari.
Kota Diyarbakir, sebelah tenggara Turki, seorang perempuan berbicara di samping puing-puing gedung apartemen tujuh lantai tempat tinggalnya sebelum gempa. "Kami diguncang seperti di ayunan, sembilan anggota keluarga kami di rumah, dua putra saya masih di puing-puing, saya menunggu mereka," katanya.
Ia dirawat karena tangannya patah dan luka di wajahnya.
"Ini seperti kiamat, dingin sekali, dan ada hujan lebat, orang-orang butuh untuk diselamatkan," kata seorang warga Kota Atareb, Suriah, Abdul Salam al-Mahmoud.
Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat (AS) mencatat gempa itu merupakan yang terbesar yang pernah tercatat sejak gempa di ujung Atlantik Selatan pada Agustus 2021.
Pada Selasa (7/2/2023), Badan Penanggulangan Bencana dan Darurat (AFAD) Turki mengatakan, korban jiwa di negara itu sekitar 2.316. Korban jiwa terbanyak setelah gempa tahun 1999 yang menghancurkan daerah padat penduduk di timur Laut Marmara, dekat Istanbul yang menewaskan 17 ribu orang.
Sementara itu Pemerintah Suriah dan tim penyelamat di wilayah barat laut yang dikuasai pemberontak mengatakan, gempa menewaskan 1.444 orang dan melukai sekitar 3,500 orang di negara itu.
Koneksi internet yang buruk dan jalanan yang rusak antara kota yang terdampak di Turki mempersulit upaya menilai dan mengatasi dampak gempa. Suhu udara di beberapa daerah juga jatuh hingga titik membekukan, mempersulit kondisi orang-orang yang terperangkap di bawah puing-puing bangunan yang ambruk atau orang-orang yang kehilangan rumah.
Pada Senin (6/2/2023) kemarin, hujan turun setelah badai salju menyelimuti Turki akhir pekan lalu. Gempa melukai 13 ribu orang lebih di negara itu.
Di Kota Iskenderun, Turki, tim penyelamat memanjat tumpukan besar puing-puing yang sebelumnya bagian dari ruang unit gawat darurat rumah sakit pemerintah. Mereka berusaha mencari penyintas. Tenaga medis berusaha sebisa mereka untuk merawat korban luka.
"Kami memiliki pasien yang dibawa untuk dioperasi tapi kami tidak tahu apa yang terjadi," kata seorang perempuan bernama Tulin di depan rumah sakit, sambil menghapus air mata dan terus memanjatkan doa.
Presiden Turki Tayyip Erdogan yang akan menghadapi pemilu sulit pada bulan Mei mendatang menyebut, gempa bumi ini bencana historis dan terburuk yang pernah terjadi di negara itu sejak 1939. Tapi pemerintah berusaha sebaik mungkin.
"Semua orang menyerahkan hati dan jiwanya dalam upaya penyelamatan meski musim dingin, cuaca dingin, dan gempa bumi terjadi pada malam hari sehingga semakin menyulitkan," katanya.
Gempa susulan cukup besar hingga menjatuhkan gedung-gedung dan seperti gempa yang pertama, terasa di seluruh kawasan. Gempa itu membahayakan tim penyelamat yang berusaha menarik para penyintas di bawah puing-puing.