Anak Usia 2 Tahun Jangan Diberi Gula Tambahan, Dampaknya Merugikan

WHO menyarankan agar bayi tidak diberi gula tambahan sebelum usia dua tahun.

Pixabay/Bigbear
Penyebab utama karies gigi pada anak usia 2 tahun. (ilustrasi)
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut penelitian, faktor utama penyebab karies gigi pada anak usia dua tahun karena konsumsi gula dalam makanan dan penghentian pemberian ASI secara dini. Penelitian yang melibatkan 800 anak ini diterbitkan dalam jurnal Community Dentistry and Oral Epidemiology.

Baca Juga


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan, diikuti dengan makanan padat dan dilanjutkan dengan pemberian ASI sesuai kebutuhan hingga usia dua tahun atau lebih. WHO juga menyarankan agar bayi tidak diberi gula tambahan sebelum usia dua tahun.

Peneliti utama studi, Marly Augusto Cardoso, mengatakan, beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara pemberian ASI yang berkepanjangan (selama 12 bulan atau lebih) dan terjadinya karies gigi. Namun penelitian itu tanpa memperhitungkan peran konsumsi gula tambahan sejak dini oleh anak-anak. 

"Penelitian kami menemukan peningkatan risiko karies dalam konteks pemberian ASI yang diperpanjang berkorelasi dengan konsumsi gula," kata Cardoso yang merupakan seorang profesor di Fakultas Kesehatan Masyarakat University of Sao Paulo seperti dilansir Times Now News, Kamis (9/2/2023).

Hasil penelitian ini menguatkan temuan penelitian sebelumnya tentang peran gula bebas dalam perkembangan karies gigi. Laktosa ASI saja tidak menyebabkan masalah. "Hampir semua anak yang disurvei dalam penelitian kami terpapar gula bebas pada usia dini," kata Jenny Abanto, rekan penulis studi tersebut.

Karies gigi ditemukan pada 22,8 persen dari 800 anak yang diteliti. Secara terpisah, proporsi ini berarti anak-anak yang disusui selama lebih dari 24 bulan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang disusui selama 12 bulan atau kurang. Namun, kejadian karies gigi menurun seiring dengan menurunnya konsumsi gula pada kelompok yang disusui lebih lama.

"Kami mengamati bahwa menyusui selama 24 bulan mengurangi konsumsi makanan ultra-proses atau makanan dengan tambahan gula, yang bertindak sebagai faktor perlindungan terhadap karies gigi," kata Cardoso.

Informasi tentang konsumsi makanan diperoleh dari wawancara di mana para ibu atau pengasuh menjelaskan apa yang telah dimakan bayi dalam 24 jam sebelumnya. Jumlah gula yang ditambahkan ke berbagai jenis makanan dan minuman, seperti teh, jus, susu dan pap, misalnya, juga dicatat.

Hanya 2,8 persen yang tidak pernah mengonsumsi gula sebelum ulang tahun kedua mereka, dan 66,7 persen mengonsumsi makanan dengan tambahan gula lebih dari lima kali sehari. Hanya 7,6 persen yang tidak mengonsumsi gula tambahan sama sekali pada tahun pertama kehidupan mereka.

Frekuensi karies gigi bervariasi menurut pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan dan warna kulit ibu atau pengasuh. Frekuensi karies gigi tertinggi terjadi pada anak-anak perempuan kulit hitam dari keluarga berpenghasilan rendah dan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.

Konsumsi gula yang tinggi menghasilkan pembentukan biofilm gigi kariogenik, yang dikenal sebagai plak bakteri. ASI dimodifikasi oleh plak dan berkontribusi pada demineralisasi enamel gigi, tetapi konsumsi gula memicu proses ini. Frekuensi paparan plak pada ASI mungkin merupakan faktor utama dalam peningkatan risiko karies gigi yang diamati pada anak-anak yang disusui di atas usia 12 bulan.

"Bahkan jika gigi yang terkena adalah gigi sulung atau gigi susu, kebiasaan diet seperti mengonsumsi gula dalam jumlah besar pada masa bayi cenderung menjadi permanen dan menimbulkan risiko karies gigi yang berkembang di kemudian hari. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa memiliki karies gigi pada masa bayi biasanya berarti memiliki karies gigi pada masa remaja juga," kata Abanto, yang juga seorang profesor di  Internasional University of Catalonia (UIC Barcelona) di Spanyol.

Kebiasaan makan berakar pada masa bayi, tambahnya, dan makanan yang biasa dikonsumsi bayi akan mempengaruhi preferensi seumur hidup mereka. Ini adalah satu lagi alasan untuk menghindari konsumsi gula dalam 24 bulan pertama kehidupan bayi.

Jus buah 100 persen saat ini tidak disarankan untuk diberikan pada 12 bulan pertama oleh WHO. Jus ini mungkin tidak mengandung gula tambahan, tetapi gula alami dalam buah dipisahkan dari serat ketika dihancurkan, dan gula bebas ini memiliki efek yang mirip dengan sukrosa dari tebu, misalnya. Namun, pedoman WHO tidak melarang konsumsi buah dan sayuran segar utuh oleh bayi.

"WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama dan menganjurkan untuk melanjutkan pemberian ASI sesuai permintaan hingga usia 2 tahun, memperkenalkan buah dan makanan padat lainnya sejak usia enam bulan. WHO juga menyarankan untuk tidak memberikan tambahan gula sampai usia 2 tahun," jelas Cardoso.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler