AS Lakukan Latihan di Laut Cina Selatan

Ketegangan AS-Cina meningkat atas penembakan balon yang dicurigai alat mata-mata.

Wikipedia
Peta klaim Laut Cina Selatan
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Angkatan Laut dan Korps Marinir Amerika Serikat (AS) mengadakan latihan bersama di Laut Cina Selatan. Langkah ini dilakukan di tengah ketegangan Washington dengan Beijing sedang meningkat atas penembakan balon yang dicurigai alat mata-mata.

Baca Juga


Armada ke-7 yang berbasis di Jepang mengatakan pada Ahad (12/2/2023), kelompok tempur kapal induk USS Nimitz dan Unit Ekspedisi Marinir ke-13 telah melakukan operasi pasukan penyerang ekspedisi terintegrasi di Laut Cina Selatan. Dikatakan latihan yang melibatkan kapal, pasukan darat, dan pesawat berlangsung pada Sabtu (11/2/2023), tetapi tidak memberikan rincian kapan dimulai atau apakah sudah berakhir.

Menurut Armada ke-7, operasi gabungan tersebut telah membangun kehadiran yang kuat di kawasan yang mendukung perdamaian dan stabilitas. “Sebagai pasukan tanggap yang siap, kami mendukung spektrum misi yang luas termasuk mendaratkan Marinir ke darat, bantuan bencana kemanusiaan, dan menghalangi musuh potensial melalui kekuatan tempur yang terlihat dan saat ini,” kata pernyataan pasukan tersebut.

Cina mengeklaim hampir seluruh Laut Cina Selatan dan sangat menentang aktivitas militer oleh negara-negara lain di perairan tersebut. Sedangkan AS tidak mengambil posisi resmi mengenai kedaulatan di Laut Cina Selatan, tetapi menyatakan bahwa kebebasan navigasi dan penerbangan harus dipertahankan.

Beberapa kali dalam setahun, AS mengirimkan kapal-kapal yang berlayar melewati pos-pos yang dibentengi di Kepulauan Spratly, yang memicu protes keras dari Cina. AS juga telah memperkuat aliansi pertahanannya dengan Filipina.

Latihan militer AS telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan karena hubungan yang sudah tegang antara Washington dan Beijing telah diperburuk oleh pertikaian diplomatik yang dipicu oleh balon yang ditembak jatuh akhir pekan lalu di lepas pantai Carolina Selatan.

AS mengatakan balon tak berawak itu dilengkapi untuk mendeteksi dan mengumpulkan sinyal intelijen. Namun Cina menegaskan itu adalah pesawat penelitian cuaca yang secara tidak sengaja meledak.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler