Empat Hikmah Perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad adalah teladan bagi umatnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Rajab adalah waktu yang sangat istimewa dan diberkati. Pada bulan ini juga menempatkan spiritualitas kita dalam fokus, dan puncaknya pada bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Rajab juga menjadi bulan di mana Nabi Muhammad untuk pertama kalinya menempuh perjalanan ke Yerusalem dan naik ke langit ke tujuh dan mendapatkan perintah sholat lima waktu. Dilansir dari About Islam, Kamis (16/2/2023), berikut ini empat hikmah yang bisa kita pelajari dari perjalanan malam Nabi Muhammad SAW.
Pada saat Isra Mi'raj itulah Nabi Muhammad SAW bertemu dengan beberapa saudaranya di masa Kenabian. Dia memimpin mereka dalam doa di Yerusalem sebelum naik ke langit tujuh untuk berbicara kepada Allah. Di sana, Nabi mendapatkan perintah sholat lima waktu, namun perintah awal adalah 50 waktu.
Usai mendapatkan perintah, ketika turun di langit keenam, Nabi SAW bertemu dengan Nabi Musa. Di sana, Nabi Musa menanyakan tentang jumlah sholat wajib yang diperintahkan oleh Allah. Nabi Muhammad menjawab 50 waktu.
Kemudian Nabi Musa mendorong Nabi Muhammad untuk kembali kepada Allah beberapa kali, untuk meminta-Nya mengurangi jumlah sholat harian hingga hanya tersisa lima. Nabi Musa kembali mendorong sekali lagi, namun Nabi Muhammad tidak melakukannya. Nabi SAW mengaku malu di hadapan Tuhannya untuk kembali lagi dan meminta jumlah shalat yang lebih sedikit.
Empat Hikmah Perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Dengarkan dan Patuhi
Ketika Allah memberikan perintah sholat 50 waktu kepada Nabi Muhammad, dia tidak meminta kurang. Dia menerima perintah Allah. Dia mendengarkan dan dia menaati, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 285.
“Rasul telah beriman kepada Alquran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".
Nabi Muhammad adalah teladan bagi umatnya. Sehingga apapun yang Allah perintahkan, melakukan atau tidak melakukan, kita harus mendengarkan dan mentaatinya.
Menerima Nasihat
Nabi Muhammad SAW juga sosok yang terbuka dalam menerima nasihat saudaranya. Ketika Nabi Musa mengungkapkan umatnya tidak akan mampu melaksanakan sholat sebanyak 50 waktu, Nabi Muhammad lantas kembali menghadap Allah untuk meminta mengurangi jumlah sholat. Ini menunjukkan Nabi Muhammad SAW terbuka menerima nasihat Nabi Musa yang tulus dan penuh harapan.
Menunjukkan Perhatian
Mengikuti nasihat Nabi Musa untuk kembali kepada Allah untuk meminta pengurangan sholat juga menunjukkan kesungguhan cinta dan kepedulian Nabi Muhammad kepada umatnya. Padahal Nabi bisa saja melakukan sholat lima puluh waktu setiap hari. Tapi beliau memikirkan umatnya.
Hal ini menunjukkan besarnya cinta dan perhatian Nabi Muhammad kepada kita. Apa yang kita lakukan untuk komunitas Muslim kita? Adakah cara kita bisa lebih peduli pada saudara-saudara Muslim kita dalam Islam?
Merasa Malu di Hadapan Allah SWT
Dan akhirnya, Nabi Muhammad tetaplah seorang manusia. Nabi merasa malu untuk bolak-balik menemui Allah untuk meminta keringanan jumlah sholat. Sebagai umatnya, kita perlu belajar dari baginda Nabi. Adakah saat-saat kita merasa sungkan atau malu di hadapan Allah? Apakah kita merasa malu karena melewatkan sholat? Apakah kita malu menonton film itu karena ada adegan-adegan eksplisit di dalamnya?
Nabi Muhammad mengutamakan Allah. Hubungannya dengan Allah adalah yang paling penting. Dia mengikuti nasihat Nabi Musa. Dia peduli dengan umatnya tapi dia tidak bisa mengabaikan rasa malu di depan Tuhannya.