AS Sebut 9 Ribu Tentara Bayaran Rusia Tewas dalam Pertempuran di Ukraina
Tentara bayaran Rusia ini merupakan narapidana yang direkrut oleh Wagner Group.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengatakan, lebih dari 30 ribu tentara yang dikirim perusahaan kontraktor militer swasta Rusia, Wagner Group, telah menjadi korban dalam pertempuran di Ukraina. Sekitar 9.000 di antaranya tewas.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby memperkirakan, 90 persen tentara dari Wagner Group yang tewas dalam pertempuran di Ukraina sejak Desember tahun lalu merupakan narapidana. Separuh dari mereka tewas ketika pertempuran di kota Bakhmut di Ukraina timur meningkat.
Menurut Kirby, tentara Wagner telah memperoleh kemajuan dalam pertempurannya di Bakhmut dan sekitarnya. Kendati demikian, hal itu dicapai dengan konsekuensi besar. “Mungkin saja mereka akhirnya berhasil di Bakhmut, tapi itu tidak akan berarti bagi mereka karena hal tersebut tak memiliki nilai strategis yang nyata,” ujar Kirby dalam pengarahan pers, Jumat (17/2/2023).
Kirby mengungkapkan, Wagner Group sangat bergantung pada narapidana yang direkrut tanpa pelatihan kemudian dikirim ke medan perang. Dia mengatakan, pasukan Ukraina akan mempertahankan garis pertahanan yang kuat di seluruh wilayah Donbas.
Pendiri Wagner Group Yevgeny Prigozhin pekan lalu menyampaikan, perang di Ukraina dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Menurutnya, diperlukan waktu 18 bulan hingga dua tahun bagi Rusia untuk sepenuhnya mengamankan kendali atas Donbas. Perang bahkan bisa memakan waktu tiga tahun jika Moskow hendak menguasai wilayah lebih luas di sebelah timur Sungai Dnieper.
Terkait narapidana yang dijadikan tentara, Prigozhin mengaku bahwa pihaknya telah berhenti merekrut tahanan untuk berperang di Ukraina. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan, hingga saat ini belum ada satu pun negara yang bersedia memasok jet tempur untuk Kiev. “Sejauh ini tidak ada negara yang berkomitmen untuk memasok jet tempur,” ucapnya dalam sebuah wawancara dengan grup media Jerman, Funke, Jumat (17/2/2023).
Kuleba mengungkapkan, negaranya tertarik dengan pesawat tempur dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Jerman. Hal itu karena keempat negara tersebut memiliki kapasitas produksi dan armada terbesar.
Pada Kamis (16/2/2023) lalu, Parlemen Eropa telah menyetujui resolusi yang meminta negara-negara Uni Eropa menyediakan semua senjata yang dibutuhkan Ukraina. Namun belum ada pembicaraan tentang kemungkinan pengiriman jet tempur ke negara bekas Uni Soviet tersebut. Sejauh ini, Ukraina telah berhasil memperoleh pasokan tank dari Barat.