Pemerintah Inggris Umumkan Kelangkaan Bahan Salad

Warga Inggris kekurangan bahan salad seperti tomat, timun dan paprika

EPA-EFE/ANDY RAIN
Pemerintah Inggris mengumumkan pada Kamis (23/2/2023), warga mungkin menghadapi kekurangan bahan pokok salad, termasuk tomat, mentimun, dan paprika. Pasokan sulit ini kemungkinan akan bertahan hingga satu bulan lagi.
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris mengumumkan pada Kamis (23/2/2023), warga mungkin menghadapi kekurangan bahan pokok  salad, termasuk tomat, mentimun, dan paprika. Pasokan sulit ini kemungkinan akan bertahan hingga satu bulan lagi.

"Saya dituntun untuk percaya oleh pejabat saya setelah berdiskusi dengan pengecer industri... situasinya akan berlangsung sekitar dua hingga empat minggu lagi," ujar Menteri Lingkungan Inggris, Pangan, dan Urusan Pedesaan Therese Coffey kepada parlemen.

"Penting bagi kami untuk mencoba dan memastikan bahwa kami mendapatkan opsi sumber alternatif," katanya.

Coffey mengatakan orang Inggris mungkin ingin mempertimbangkan makan lobak yang ditanam di rumah sebagai gantinya. Asosiasi eksportir produk segar FEPEX Spanyol mengatakan, pasokan sayuran akan segera membaik. Tapi petani daun bawang Inggris mengatakan kepada rumah tangga untuk bersiap menghadapi kekurangan produk rumahan juga.


Kepala serikat Petani Nasional Minette Batters mengatakan sebelumnya, produksi bahan salad diperkirakan turun ke level terendah sejak pencatatan dimulai pada 1985. Pasokan yang semakin menipis membuat supermarket terbesar Inggris Tesco mengikuti saingannya Asda, Morrisons, dan Aldi dalam memberlakukan batas pembelian pada bahan-bahan salad. Tindakan itu diambil setelah panen yang terganggu di Eropa selatan dan Afrika utara karena cuaca yang tidak sesuai musim. Krisis ini diperparah dengan berkurangnya produksi sayuran di musim dingin di rumah kaca di Inggris dan Belanda karena biaya energi yang tinggi.

Media sosial dibanjiri gambar rak buah dan sayuran kosong di supermarket. Salah satu bos ritel paling berpengalaman di Inggris menyalahkan kekurangan tersebut karena kurangnya dukungan pemerintah yang mencegah petani domestik menebus hasil panen yang buruk di luar negeri.

Justin King merupakan direktur non-eksekutif Marks & Spencer dan menjadi CEO Sainsbury's  selama satu dekade hingga 2014 mengatakan, Inggris secara unik terpapar impor pada saat ini. Kondisi itu karena pemerintah telah memilih untuk tidak membantu petani Inggris mengatasi biaya energi.

"Memang ada kekurangan tetapi kami lebih suka membawa masalah ini pada diri kami sendiri," kata King kepada radio BBC.

"Kami dapat memilih untuk mensubsidi energi musim dingin ini seperti yang telah kami lakukan untuk industri lain," ujarnya merujuk pada keputusan hortikultura telah dikeluarkan dari skema Energy and Trade Intensive Industries (ETII) pemerintah yang memberikan bantuan biaya energi.

King mengatakan bahwa sebagian besar supermarket Inggris masih memiliki persediaan salad yang sangat bagus. Namun secara keseluruhan negara tersebut kekurangan.

Menurut King, kemungkinan besar restoran dan pedagang grosir jalan raya yang berjuang untuk mendapatkan stok dari pasar grosir malah pergi ke supermarket untuk memasok persediaan. "Itu sebabnya supermarket memperkenalkan kebijakan pembelian yang adil sehingga pelanggan 'nyata' dapat membeli satu atau dua yang benar-benar mereka butuhkan," katanya.

King mengatakan, Brexit telah menyebabkan gangguan yang signifikan. Sementara anggota parlemen yang mendukung penarikan Inggris dari blok Uni Eropa menolak anggapan bahwa Inggris bertanggung jawab atas krisis saat ini.

"Seandainya saja saya diberitahu sebelum saya memilih Brexit bahwa itu akan menyebabkan embun beku di Maroko, saya bisa membuat keputusan yang berbeda," kata anggota parlemen Konservatif Desmond Swayne.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler