Naskah Khutbah Jumat: Membumikan Pesan Universal Isra Mi'raj
Kewajiban sholat bersifat mutlak.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Cristoffer Veron P
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن. أَمَّا بَعْدُ
قال الله تعالى سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Saudara-Saudara yang Budiman
Alhamdulllah, kita patut bersyukur sampai detik sekarang di tanah bumi yang dipijak, kita masih bisa hidup dan menghirup udara nan segar. Bersamaan dengan itu, kita bersyukur tubuh yang tercipta dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk ini masih tampak sehat dan vit. Itu semua bersumbu pada percikan nikmat dari Allah–utamanya nikmat sehat–yang ditebarkan di petala semesta untuk makhluk terkasih-Nya.
Shalawat dan salam kita limpahkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad Saw. Sosok yang paling suci yang memancarkan nur benderang, menjadikan dirinya layak untuk kita petik mosaik-mosaik keteladanannya. Dengan harapan dapat terlahir sebagai manusia pembawa suluh pencerah bagi kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Saudara-Saudara yang Budiman
Tibalah kita pada akhir Bulan Rajab. Adalah niscaya bulan yang dimuliakan oleh Tuhan Sarwa sekalian alam. Bulan di mana banyak jagat insan di muka bumi menengadahkan tangan seraya berdoa, “Ya Allah berkailah kami di Bulan Rajab dan Syakban. Sampaikanlah umur kami hingga dapat bersua dengan bulan suci Ramadan”.
Selain itu, bulan tersebut memuat rekam jejak kisah perjalanan spiritual yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu perjalanan amat penting untuk kita petik nilai pengajaran dan pelajaran nan sarat makna.
Itulah Isra Mikraj. Khusus di Indonesia, setiap Isra Mikraj tiba, ditetapkan sebagai hari libur nasional. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 1066 Tahun 2022, Nomor 3 Tahun 2022, dan Nomor 3 Tahun 2022 Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023. Untuk tahun ini, Isra Mikraj akan jatuh pada esok hari Sabtu, 18 Februari 2023 M bertepatan 27 Rajab 1444 H.
Tentu bagi umat Islam, sangat bergembira karena bisa menikmati libur ganda. Tetapi bersamaan dengan hal itu, penting juga kiranya umat Islam mengetahui kisah dan mengambil butiran pesan universal dari kisah Isra Mikraj untuk selanjutnya dibumikan serta dibingkai dalam kehidupan.
Saudara-Saudara yang Budiman
Isra Mikraj sebenarnya mengawali dari kisah kehidupan Nabi Muhammad Saw. Dicitrakan kala itu, dalam kegundahan nurani, setelah Nabi Muhammad Saw memperoleh intimidasi dan umpatan dari kaum kafir dan musyrik. Pada saat yang bersamaan, Siti Khadijah selaku istrinya dan Abu Thalib selaku pamannya baru saja meninggal dunia. Karenanya untuk mengatasi kegundahannya itu, Allah mengundangnya untuk melakukan perjalanan wisata spiritual yang disebut Isra Mi'raj.
Wisata Isra Mikraj lain daripada wisata masa kini. Kalau di zaman sekarang, manusia berwisata modalnya naik kereta, pesawat, kapal, mobil, dan motor. Akan tetapi berbeda dengan wisata Nabi Muhammad Saw. Dirinya menaiki kendaraan al-buraq, yakni hewan berona putih, tubuhnya lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada bagal (hewan hasil persilangan antara keledai dan kuda). Menurut literatur hadis, hewan ini didatangkan langsung dari surga sesuai perintah Allah.
Kendaraan al-buraq ini mengantarkan Nabi Muhammad Saw Isra (berjalan) dari Masjidil Haram (Makkah) menuju Masjidil Al-Aqsha (Palestina). Perjalanan Isra ditempuh dengan jarak sangat jauh yakni sekitar 1.400 kilometer. Setelah melakukan Isra, Nabi Muhammad Saw rehat sejanak, untuk kemudian melanjutkan Mikrajnya (naik).
Pada Mikrajnya, Nabi Muhammad Saw bersama Malaikat Jibril naik mengangkasa menembus 7 langit dan puncaknya berada di Sidratul Muntaha. Sungguh sebuah potret perjalanan wisata spiritual luar biasa yang pulang pergi ini berangkat setelah waktu Isyak dan kembali lagi di Masjidil Haram menjelang waktu Subuh. Perjalanan dalam waktu sehari semalam yang sangat sukar untuk dirasionalisasikan lewat ilmu mantik manusia.
Selama Mikraj bersama Malaikat Jibril, Nabi Muhammad Saw bersua dengan para nabi dari masing-masing langit yang dilintasinya. Setiap para nabi itu saling memberikan penyambutan dan menyertai doa kebaikan spesial untuk kehadiran Nabi Muhammad Saw. Lantas siapa sajakah para nabi yang ditemui oleh Nabi Muhammad Saw? Lebih detailnya, berikut akan dibentangkan para nabi yang bersua dengan Nabi Muhammad Saw saat melakukan perjalanan Mikrajnya.
Langit Pertama: Nabi Adam a.s
Langit Kedua: Nabi Isa ibn Maryam a.s dan Yahya ibn Zakariya a.s
Langit Ketiga: Nabi Yusuf a.s
Langit Keempat: Nabi Idris a.s
Langit Kelima: Nabi Harun a.s
Langit Keenam: Nabi Musa a.s
Langit Ketujuh: Nabi Ibrahim a.s
Saudara-Saudara yang Budiman
Ketika telah sampai di langit ketujuh, Nabi Muhammad Saw hendak melanjutkan naik ke langit Sidratul Muntaha. Akan tetapi, Malaikat Jibril mengatakan kepadanya jika dirinya tidak bisa menemaninya karena yang sanggup hanyalah Nabi Muhammad Saw saja. Akhirnya, naiklah dia ke Sidratul Muntaha sampai bersua secara langsung dengan Allah. Sungguh luar biasa sang nabi bisa bersua Allah. Tapi yang jadi pertanyaan apa yang dilakukan setelah itu?
Di sini, Nabi Muhammad Saw mendapat titah dari Allah tentang kewajiban melaksanakan salat sebanyak 50 kali dalam sehari semalam. Setelah mendapat titah dari Allah nan kaya pengajaran itu, lalu Nabi Muhammad Saw turun dan sampai di langit keenam bersua dengan Nabi Musa a.s. Di sini Nabi Musa a.s bertanya kepadanya ihwal hasil pertemuannya dengan Allah. “Aku mendapat titah untuk melaksanakan salat 50 kali dalam sehari semalam,” ujar Nabi Muhammad Saw.
“Kembalilah kamu duhai Muhammad kepada Tuhanmu. Karena sungguh umatmu tiada sanggup mengerjakan titah tersebut,” kata Nabi Musa a.s. Lalu Nabi Muhammad Saw kembali bersua Allah untuk memohon dispensasi (keringanan) sampai berkali-berkali. Dan akhirnya Nabi Muhammad Saw memperoleh dispensasi dengan mengurangi jumlah salat jadi 5 waktu dalam sehari semalam.
Lantas menemui Nabi Musa a.s dan baginya masih terlalu berat untuk dikerjakan oleh umatnya. Namun, Nabi Muhammad Saw nian canggung untuk meminta dispensasi kepada Allah. Sehingga, kewajiban salat lima waktu dalam sehari semalam itu telah absolut untuk dikerjakan oleh seluruh umat Islam di persada buana tanpa bisa diganggu gugat.
Akhirnya, Nabi Muhammad Saw pun turun setelah melakukan perjalanan Isra Mikraj. Salah satu buah tangan yang dibawanya berupa titah untuk menunaikan salat 5 waktu dalam sehari semalam. Dengan menunaikan salat 5 waktu, itu berarti sepadan dengan telah mendirikan salat sebanyak 50 kali.
Inilah titik permulaan Allah seru kepada seluruh hamba-Nya terkasih untuk menunaikan titahnya yakni salat 5 waktu sebagai bentuk dari surat undangan untuk berkomunikasi kepada-Nya seraya meminta petunjuk dan pengharapan yang baik bagi keberlanjutan kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Saudara-Saudara yang Budiman
Jika yang kita temukan pada kisah (al-qashash) Isra Mikraj yang sukar dirasionalisasikan lewat ilmu mantik manusia abad kontemporer, hendaknya tak perlu didalami bagaimana hal itu bisa terjadi. Cukup pancarkan keyakinan bahwa kejadian itu benar adanya. Sebab Allah tidak hanya melukiskan di QS Baniii-‘Is-raaa-‘iil [17]: 1 saja sebagai manifestasi dari proses Isra, tapi di tempat lain juga dilukiskan begitu kentara sebagai klimaks dari Mikrajnya Nabi Muhammad Saw.
وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ ١٣ عِندَ سِدۡرَةِ ٱلۡمُنتَهَىٰ ١٤ عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ ١٥ إِذۡ يَغۡشَى ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ ١٦ مَا زَاغَ ٱلۡبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ ١٧ لَقَدۡ رَأَىٰ مِنۡ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلۡكُبۡرَىٰٓ ١٨
Artinya: [13] “Dan sungguh dia (Muhammad) benar-benar telah melihat Malaikat Jibril itu (dalam rupanya yang autentik) pada waktu yang lain. [14] (Yaitu ketika) di Sidratul Muntaha. [15] Di dekatnya ada surga tempat tinggal. [16] (Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya. [17] Penglihatan (Nabi Muhammad) tidak berpaling dan melampaui (apa yang dilihatnya). [18] Sungguh, dia benar-benar telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar”. (QS. an-Najm [53]: 13-18).
Kini, yang mesti kita lakukan ialah bagaimana membumikan pesan Isra Mikraj yang sifatnya universal itu? Setidaknya ada dua pesan penting dan utama dari Isra Mikraj Nabi Muhammad Saw.
Pertama, eskalasi keimanan (escalation of faith). Iman ialah permata termahal yang sangat sukar memperolehnya. Iman tidak bisa hanya wacana untuk ditingkatkan, tetapi harus ada kiprah nyata yang menjadi aras tertinggi dalam kehidupan. Peran sentral peningkatan iman lewat implementasi perintah sekaligus menjauhi hal-hal yang menjadi larangan-Nya.
Selain itu, bisa juga lewat banyak bersyukur, mengikuti majelis taklim, mengontemplasikan ihwal otoritas Allah di jagat semesta, dan masih banyak lagi. Intinya jalani hal-hal bernapas positif, dan tinggalkan perbuatan negatif yang berpotensi besar merusak mengotori iman di jiwa kita. Hidup tanpa lentera iman, hatta kita akan tersesat di dalam luasnya rimba kehidupan. Seballiknya, dengan lentera iman hidup manusia akan tersinari oleh cahaya yang dapat mencerahkan kehidupan.
Kedua, perbaiki sholat (fix prayer). Tak pelak setiap Muslim sejak berpuluh-puluh tahun hidup salat menjadi kegiatan spiritual yang melekat dalam hidup. Ini keniscayaan karena memang salat sebagai titah utama Ilahi sebagaimana Nabi Muhammad Saw memperolehnya tatkala Isra Mikraj. Salat sebagai aktualisasi dari identitas Muslim autentik yang membedakan antara kaum musyrik. Salat jadi benteng mengamankan jiwa dari laku tebal hati dan mungkar (QS al-Ankabut [29]: 45).
Saudara-Saudara yang Budiman
Kewajiban sholat bersifat mutlak (QS an-Nisa [4]: 103) dan tak bisa ditinggalkan apapun dalihnya. Menurut Imam Syafi’i orang yang sengaja meninggalkan salat lima waktu dikategorikan fasik. Karena itu, kita perbaiki salat yang masih bolong-bolong yang itu jika diperbaiki hatta hidup akan dapat ilham, hidayah, keberkahan, dan mendendangkan pada keselamatan di dunia dan di akhirat.
Semoga dua pesan di atas dapat menjadi cahaya inspirasi bagi kita untuk mentransformasikan hidup di muka bumi. Hidup makin tertata dengan baik mewujud pada kelahiran insan yang berkeadaban mulia, bermoralitas, berintegritas, dan mampu menyatukan perbedaan di atas payung kemajemukan dan multikulturalitas. Memang sudah saatnya segenap umat Islam di penjuru negeri bersatu dalam misi menciptakan kehidupan yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. •
بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ … أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Sumber: Buletin Risalah Jumat Majelis Tabligh PWM DIY Edisi 29/XXXII / 26 Rajab 1444 H/17 Februari 2023 M