Legislator RI Minta Kesiapan Calon Pengantin Antisipasi Stunting

Ini intervensi pemerintah untuk menurunkan angka stunting kepada calon pengantin

www.freepik.com
Anggota Komisi IX DPR RI Ade Rezki Pratama meminta kesiapan secara matang para calon pengantin untuk mengantisipasi risiko bayi lahir stunting (gagal tumbuh). (ilustrasi).
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, LUBUKBASUNG -- Anggota Komisi IX DPR RI Ade Rezki Pratama meminta kesiapan secara matang para calon pengantin untuk mengantisipasi risiko bayi lahir stunting (gagal tumbuh).

"Salah satu intervensi pemerintah untuk menurunkan angka stunting adalah memberikan bekal dan edukasi maksimal kepada calon pengantin," kata Ade Rezki dalam kunjungan kerjanya bersama BKKBN dan pemerintah daerah di Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (24/2/2023).

Ia menyebut dari hasil survei status gizi nasional di Sumbar dari 2021 hingga 2022, terjadi peningkatan angka stunting di Agam, bahkan di Kecamatan Malalak ada 41 anak berkategori stunting.

Baca Juga



"Angka 41 anak itu bisa bertambah jika komponen pemerintah dan masyarakat tidak segera mengantisipasi balita lainnya yang berisiko," ujarnya.

Menurutnya, pengantin baru harus diarahkan dalam kesiapan membangun rumah tangga, khususnya menyiapkan anak sehat. "Sesuai arahan Presiden untuk penurunan angka gagal tumbuh hingga 14 persen di 2024, intervensi konkret harus segera dilaksanakan sejak awal memulai rumah tangga, pencegahan penting," katanya.

Ia mengatakan edukasi pentingnya risiko stunting menjelang pernikahan bisa menjadi langkah preventif dan promotif. "Ini menyangkut penyiapan generasi emas Indonesia 2045, perlu diberikan intervensi sensitif dan edukasi kepada masyarakat agar bisa mewujudkan keluarga yang mapan, sejahtera dan sehat," katanya.

Camat Malalak Rahmad Fajri mengatakan permasalahan stunting di daerah itu mayoritas dilatarbelakangi faktor ekonomi dan kurangnya perhatian dari orang tua. "Kami sudah turun ke rumah-rumah warga, angka 41 anak stunting ini sebagian besar karena masalah ekonomi. Kami telah meminta pemerintah daerah untuk menjadikan Malalak sebagai percontohan daerah pengentasan stunting," katanya.

Wilayah Malalak yang luas, berbukit dan masih didominasi hutan, menurutnya, juga menghambat upaya kader kesehatan dalam mengedukasi masyarakat. "Bantuan pemenuhan dan perbaikan gizi anak terkena stunting sekitar Rp 25 ribu setiap hari, belum termasuk operasional, untuk 2023 dianggarkan sebesar Rp 168 juta. Semoga angka stunting bisa nol, kami optimistis mampu merealisasikannya," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler