Pengamat Paparkan Dua Strategi Tingkatkan Kapasitas Ekspor Alutsista

Indonesia berpartisipasi dalam pameran tersebut dengan membawa 12 industri pertahanan

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja menyelesaikan produksi pesawat NC212i di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, Kota Bandung, Rabu (22/6/2022). PT Dirgantara Indonesia tengah menyelesaikan satu unit pesawat NC212i yang dipesan oleh negara Thailand untuk keperluan sektor pertanian serta satu unit pesawat yang sama untuk TNI AU Republik Indonesia guna penguatan alutsista militer Indonesia. Hingga awal tahun ini PT Dirgantara Indonesia telah memproduksi dan mengirim 119 unit pesawat NC212i ke dalam dan luar negeri. Foto: Republika/Abdan Syakura
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati memaparkan dua strategi keunggulan yang dapat dilakukan oleh Indonesia untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi ekspor industri pertahanan dalam memproduksi alutsista ke mancanegara.

Baca Juga


"Untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi ekspor industri pertahanan dalam memproduksi alutsista ke mancanegara, dapat ditempuh melalui dua strategi keunggulan," kata Susaningtyas dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (24/2/2023).

Dua strategi keunggulan itu, lanjut dia, adalah strategi keunggulan komparatif dan strategi keunggulan kompetitif. Lebih lanjut, ia menjelaskan strategi keunggulan komparatif merupakan strategi yang ditempuh oleh produsen dalam memproduksi alutsista dengan mengutamakan kapasitas produk-produk yang mampu bersaing dengan kualitas yang sama, namun memiliki harga lebih murah.

"Contohnya, munisi ringan untuk peluru kaliber 5,56 mm atau 7,62 mm yang dipakai militer seluruh dunia. PT Pindad harus memiliki kompetensi SDM yang dapat bekerja dengan teknologi pabrik yang lebih autonomus (dapat beroperasi tanpa pengemudi)," ujar dia.

Menurut Susaningtyas, dengan penerapan strategi itu, militer seluruh dunia akan banyak membeli produk PT Pindad karena terbukti berkualitas tinggi dan memiliki harga yang lebih murah dan kualitas tinggi terbukti.

"Itu terbukti dari seringnya digunakan TNI AD menjadi juara Australian Army Skill-At-Arms Meeting (AASAM) dan ASEAN Armies Rifle Meet (AARM)," ucap dia.

Berikutnya, lanjut Susaningtyas, strategi keunggulan kompetitif mengutamakan kapasitas produk-produk yang memang hanya diproduksi oleh pabrik alutsista di Indonesia.

"Contohnya, Helikopter NBell versi Naval/Maritime buatan PTDI yang dirancang khusus beroperasi di atas geladak kapal-kapal perang," kata dia.

Hal yang dia sampaikan itu juga untuk menanggapi upaya Indonesia dalam mengembangkan industri pertahanan di kancah dunia melalui keikutsertaan di pameran International Defence Exhibition and Conference (IDEX).

Sebelumnya, pada Kamis (23/2), Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto menghadiri pameran yang digelar di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC), Abu Dhabi, bersama delegasi dari Indonesia.

Prabowo menghadiri pameran tersebut sebagai undangan dari Presiden Uni Emirat Arab (UAE) Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan guna memperkuat kerja sama pertahanan kedua negara. Indonesia pun berpartisipasi dalam pameran tersebut dengan membawa 12 industri pertahanan yang dipimpin Kementerian Pertahanan RI.


Dalam kesempatan itu, selain untuk mengenalkan produk-produk industri pertahanan dalam negeri, keikutsertaan Indonesia dalam IDEX 2023 juga bertujuan meningkatkan jaringan dan mencari peluang kerja sama dengan industri pertahanan luar negeri.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler