Hipertensi Dijuluki 'The Silent Killer', Picu Kematian Dini Meski Orang tak Merasa Sakit

Banyak orang tak sadar kena hipertensi karena tidak merasakan keluhan kesehatan.

Antara/Nova Wahyudi
Petugas kesehatan memeriksa tekanan darah pasien (Ilustrasi). Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer karena tidak menunjukkan gejala hingga terjadi keparahan.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi) masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama bagi masyarakat Indonesia. Banyak orang yang tak sadar mengidap hipertensi karena tidak merasakan keluhan.

Padahal, sumber komplikasi kesehatan yang lebih fatal untuk organ vital, seperti otak, jantung, maupun ginjal, bisa berawal dari hipertensi. Tekanan darah tinggi masih menjadi faktor risiko utama penyebab dari strok pendarahan, jantung koroner, gagal jantung, penyakit ginjal kronis, dan bahkan kematian dini.

Baca Juga


"Berangkat dari kondisi itu, hipertensi sering disebut 'the silent killer' atau Si Pembunuh Senyap," kata dokter spesialis ginjal sekaligus Sekretaris Jenderal Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dr Djoko Wibisono SpPD-KGH dalam acara 17th Scientific Meeting InaSH 2023 di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (24/2/2023).

Hipertensi terbagi menjadi dua kelompok penyebab. Pertama, hipertensi primer (esensial) yang 90-95 persen kasusnya tidak diketahui penyebabnya. Kedua, hipertensi sekunder yang lima hingga 10 persen kasusnya terkait dengan penyebab yang mendasarinya.

Hipertensi sekuender di antaranya berhubungan dengan tanda-tanda gangguan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar gondok (tiroid), dan penyakit kelenjar adrenal (sebuah kelenjar di atas ginjal yang bertugas menghasilkan hormon), serta konsumsi obat- obatan tertentu. Tekanan darah tinggi pada hipertensi primer dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko.

"Usia lanjut, obseitas, dan ada riwayat hipertensi pada keluarga juga termasuk faktor risiko hipertensi," jelas dr Djoko.

Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat juga berkontribusi. Kebiasaan mengonsumsi makanan asin atau tinggi garam (natrium), sering mengonsumsi makanan kemasan atau cepat saji, kurang asupan buah dan sayur, merokok, dan kurang olah raga merupakan faktor risikonya.

Dokter Djoko menyebut biasanya pada kelompok hipertensi primer tidak memiliki gejala yang spesifik. Gejala klinis baru dirasakan jika kondisi hipertensi telah memberat atau yang telah berkomplikasi.

Gejala hipertensi - (Republika)

Gejala dapat muncul berupa sakit kepala atau pusing, rasa mudah lelah saat aktivitas, nyeri dada, gelisah, penglihatan buram, hingga mimisan. Penderitanya juga dapat mengalami penurunan kesadaran.

Menurut dr Djoko, hipertensi bisa dicegah dengan peningkatan kualitas hidup. Hipertensi yang terkelola dengan baik dapat menurunkan risiko kesakitan, komplikasi, bahkan risiko kematian dini.

Upaya yang bisa dilakukan adalah menerapkan gaya hidup sehat. Konsumsi obat rutin ketika sudah diperlukan.

"Konsumsi makanan sehat dengan gizi seimbang dengan tingkatkan buah dan sayur, konsumsi rendah lemak, batasi natrium, hindari alkohol, berhenti merokok, pertahankan berat badan ideal, biasakan aktivitas fisik teratur," ujar dr Djoko.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler