Berhenti Menyeruput Minuman Berkafein Malah Bikin Sakit Kepala dan Mual, Harus Bagaimana?

Sebagian orang merasakan gejala putus kafein saat berhenti minum kopi.

Flickr
Orang memegang secangkir kopi. Gejala putus kafein akan berbeda pada setiap orang.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berhenti mengasup minuman berkafein bisa mendatangkan efek samping pada tubuh. Efek samping yang terjadi pada setiap orang berbeda, tergantung pada kafein yang diminum.

Di antara gejalanya yang paling sering ditemukan adalah sakit kepala dan mual. Direktur Psikiatri Nutrisi dan Gaya Hidup di Massachusetts General Hospital, Amerika Serikat (AS), Uma Naidoo, mengatakan seiring berjalannya waktu, otak menyesuaikan reseptornya untuk merespons efek kafein dan mengembangkan ketergantungan padanya.

"Oleh karena itu, berhenti mengonsumsi kafein harus dilakukan dengan hati-hati dan perlahan sehingga otak memiliki kemampuan bertahap untuk beradaptasi kembali," kata Naidoo.

Baca Juga


Berikut beberapa efek samping putus kafein secara umum, dikutip Insider, Ahad (26/2/2023):

1. Sakit kepala
Tinjauan psikofarmakologi menemukan 50 persen orang yang berhenti mengasup kafein mengalami sakit kepala. Alasannya adalah karena kafein menyempitkan pembuluh darah di otak.

Ketika tidak ada lagi kafein di sistem tubuh, pembuluh darah melebar yang menyebabkan aliran darah ke otak mengalir deras. Sakit kepala akan hilang saat otak terbiasa dengan peningkatan aliran darah. Anda juga bisa mengonsumsi obat pereda nyeri seperti Motrin, Aleve, Advil, dan Tylenol.

2. Mual
Beberapa orang mengalami gejala mual. Dalam beberapa kasus, ini dapat menyebabkan muntah.

Untuk mengobatinya, Anda bisa menggunakan obat antiemetik atau mencoba pengobatan alami seperti akupresur atau suplemen jahe.

3. Kelelahan
Banyak orang minum kafein di pagi hari untuk membantu mereka bertenaga menjalani aktivas sehari-hari. Kafein memblokir reseptor otak untuk adenosin, neurotransmitter yang membuat Anda mengantuk.

Oleh karena itu, tidak heran jika Anda mungkin merasa lelah atau lesu setelah berhenti mengonsumsinya. Anda bisa melawan kelelahan ini dengan makan yang teratur, rutin berolahraga, banyak minum air putih, dan tidur yang cukup.

4. Sulit berkonsentrasi
Salah satu manfaat kognitif kafein adalah meningkatkan konsentrasi seseorang. Jika berhenti atau mengonsumsi kadar yang lebih sedikit, Anda mungkin akan kesulitan berkonsentrasi.

Anda bisa mengatasinya dengan rutin berolahraga, tidur tujuh hingga delapan jam setiap malam, dan menggunakan program pelatihan kognitif.

5. Lekas marah
Kafein meningkatkan jumlah reseptor untuk dopamin, zat kimia perasaan senang yang memicu kepuasan dan kesenangan di otak. Saat berhenti mengonsumsi kafein atau menurunkan asupan, Anda mungkin merasa kurang termotivasi secara umum.

Cara terbaik untuk mengurangi risiko menjadi lekas marah ialah dengan mengurangi asupan kafein secara bertahap daripada berhenti secara total. Misalnya, jika Anda minum satu cangkir dua kali sehari, coba kurangi menjadi 1/2 cangkir dua kali sehari.

6. Penurun mood
Kafein juga dapat meningkatkan suasana hati berkat hubungannya dengan dopamin. Itu artinya, berhenti menyeruput minuman berkafein dapat memengaruhi mood.

Anda bisa berbicara dengan dokter jika mengalami depresi yang berlanjut atau secara negatif mengganggu kehidupan sehari-hari. Anda juga bisa menjaga pola makan seimbang, bersosialisasi dengan teman dan keluarga yang mendukung, dan mengikuti jadwal tidur.

7. Tangan gemetar
Tremor atau gemetar tak terkendali yang biasanya terjadi di tangan adalah gejala lain dari putus kafein. Meskipun penyebab tremor tidak jelas, diketahui bahwa kafein merangsang sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).

Tremor disebabkan oleh masalah di bagian otak yang bertanggung jawab untuk bergerak. Getaran ini akan hilang begitu tubuh menyesuaikan diri dengan kekurangan kafein. Anda juga bisa mengatasinya dengan mengelola stres.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler