Kematian Musibah Terbesar, Apakah Hewan Juga Tahu Manusia akan Meninggal?
Kematian merupakan rahasia Allah SWT yang tak terungkap
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kematian adalah salah satu dari perkara yang ghaib. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kapan dan di mana dirinya akan mati.
Dan tak ada seorang pun mampu memajukan atau memundurkan waktu kematiannya. Namun demikian, sangat dianjurkan bagi setiap Muslim untuk memperbanyak mengingat-ingat kematian.
Dikutip dari at-Tadzkirah karya Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farh al-Anshari al-Khazraji, al-Andalusi, al-Qurthubi atau Imam Qurthubi dalam dalam bab an-nahyi 'an tamanniy al-mauti waddu'ai bihi lidzurri nazala fi al-maali wa al-jasadi, para ulama berkata (di antara mereka adalah Abu Abbas Ahmad bin Umar bin Ibrahim al Qurthubi guru dari Imam Qurthubi) bahwa kematian itu bukan semata-mata ketiadaan atau kebinasaan belaka, melainkan kematian itu adalah terputusnya keterkaitan roh dengan badan, pisahnya roh dengan badan, peralihan antara roh dan jasad, berubahnya keadaan, dan pindahnya dari satu alam ke alam lainnya.
Kematian itu sejatinya adalah musibah yang besar, dan Allah SWT menyebut kematian sebagai musibah.
اِنْ اَنْتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْاَرْضِ فَاَصَابَتْكُمْ مُّصِيْبَةُ الْمَوْتِۗ "…Jika kamu dalam perjalanan di bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian,... (QS Al Maidah ayat 106).
فالموت هو المصيبة العظمى والرزية الكبرى "Kematian adalah musibah terbesar dan bencana terbesar."
Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa kematian itu adalah perpisahan jasad dengan jiwa (nafs) dan keluarnya jiwa dari jasad, jika telah datang takdir seseorang maka dia akan merasakan kematian.
Menurut Ibnu Qayyim, jika yang dimaksud adalah musnah, lenyap, tidak ada lagi, maka sejatinya itu bukan mati. Akan tetapi mati itu adalah kekalnya hidup makhluk (di akhirat) dalam kenikmatan atau dalam atau azab.
Imam Qurthubi menukil keterangan Abu Muhammad Abdul Haq al-Isybili dalam kitab al-'Aqibatu fi Dzikr al-Mauti wa Akhiroti halaman 43, mengatakan bahwa yang lebih besar daripada kematian adalah melupakan kematian, meninggalkan dari mengingat mati dan sedikit memikirkannya, serta meninggalkan amal untuk menghadapi kematian.
Lebih lanjut dikatakan bahwa di dalam kematian itu ada satu pelajaran bagi manusia yang mengambil pelajaran dan terdapat pemikiran (ilmu) bagi orang yang mau berpikir.
Namun demikian Allah SWT menjadikan kematian termasuk dari yang gaib atau dirahasiakan dari setiap makhluk baik manusia, hewan, tumbuhan, dan lainnya.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لو أن البهائم تعلم من الموت ما تعلمون، ما أكلتم منها سمينا (رواه أبو نعيم)
Rasulullah SAW bersabda, “Jikalau binatang tahu tentang kematian seperti yang kalian ketahui, niscaya kalian tidak akan dapat memakan dagingnya dalam keadaan gemuk.“ (HR Abu Nuaim)
Baca juga: Ketika Sayyidina Hasan Ditolak Dimakamkan Dekat Sang Kakek Muhammad SAW
Dikisahkan ada seorang Arab yang sedang menunggang unta. Dalam perjalanan itu, untanya mati. Orang itu pun memikirkan tentang untanya yang mati.
Dia bertanya-tanya, “Apa yang membuatmu tidak berdiri? Apa yang membuatmu tidak bangkit? Ini badanmu yang sempurna, dan anggota tubuhmu yang utuh, apa yang membuat keadaanmu seperti ini?” Orang Arab itu pergi dengan memikirkannya.
Oleh karena itu semestinya bagi setiap Muslim senantiasa memperbanyak mengingat kematian. Dengan banyak mengingat mati maka akan mendorong diri semakin taat kepada Allah SWT dan memperbanyak ibadah.
Selain itu dengan mengingat kematian seseorang mempunyai tujuan yang jelas dari setiap usaha dan pekerjaannya, yaitu apa-apa yang diperoleh dalam perkara dunia adalah semata-mata untuk menjadi amal saleh sebagai bekal menghadapi kematian agar menggapai husnul khatimah dan untuk kehidupan setelah kematian.