Pengusaha Cina Sebut Pasar Konsumen Indonesia Paling Menarik di ASEAN

Ke depan akan banyak interaksi Indonesia-Cina untuk membuka perdagangan.

Republika/Dedy Darmawan
China Council for The Promotion of International Trade Commercial Sub-Holding (CCPITCSC) menggelar konferensi pers China International E-Commerce Industry Expo (CIEIE) di Jakarta, Selasa (28/2/2023).
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasar konsumen Indonesia saat ini dinilai menjadi pangsa yang paling menarik bagi produk-produk Cina di antara negara ASEAN lainnya. Potensi pasar dari populasi yang besar serta stabilitas ekonomi menjadi daya tarik utama bagi pelaku usaha Cina untuk memasok produk ke Indonesia.

Baca Juga


Direktur China Council for The Promotion of International Trade Commercial Sub-Holding (CCPITCSC), Jason Xiong, menuturkan, dari total sekitar 279 juta populasi, sebanyak 187 juta populasi masih berusia 15 tahun hingga 64 tahun yang menjadi segmen konsumen utama untuk produk-produk Cina. Jumlah populasi Indonesia juga merupakan yang terbesar keempat di dunia.

Di sisi lain, pengguna di internet di Indonesia cukup berkembang pesat. Pihaknya mencatat sekitar 171 penduduk Indonesia sudah menjadi pengguna internet. Itu sekaligus menjadi pangsa pasar yang besar untuk pasar produk e-commerce Cina di Indonesia.

"Di ASEAN, pasar Indonesia yang paling bagus sehingga kita tertarik untuk mengeksplor lebih dalam. Setelah pandemi kita harap bisa masuk ke pasar Indonesia karena ini sesuatu yang sangat potensial," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (28/2/2023).

Pada September 2023 mendatang pihaknya juga bakal menggelar China International E-Commerce Industry Expo (CIEIE) di Jiexpo, Jakarta untuk pertama kalinya dan melibatkan 350 peserta. Expo tersebut pertama kali digelar di Shenzen, Cina tahun 2020 dan Indonesia dipilih tahun ini karena memiliki potensi besar.

Para pelaku industri e-commerce di Cina bakal memamerkan produk-produk unggulan seperti produk teknologi pintar, otomotif, makanan dan minuman, garmen, peralatan rumah, serta produk mekanik dan elektrik.

"Kami akan bawa produk-produk ke Indonesia dan menjual sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia sendiri," ujarnya.

 

Dalam kesempatan yang sama, Analis Kementerian Perdagangan (Kemendag), Dwinanto, mengatakan, ke depan bakal banyak interaksi antara pemerintah Indonesia dan Cina untuk membuka kerja sama perdagangan dan investasi. Situasi global dunia yang dinamis pasca pandemi membutuhkan adanya kerja sama bilateral untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan perdagangan.

"Mau tidak mau, kita akan mengarah dan menyesuaikan kembali kebijakan ekonomi dengan banyak negara," kata dia.

Di sisi lain, ia mengungkapkan, pemerintah Indonesia juga bakal semakin gencar mempromosikan produk-produk bernilai tambah ke pasar Cina melalui ITPC Shanghai. Termasuk produk yang dihasilkan oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Di satu sisi, pemerintah siap memfasilitasi para pelaku usaha Indonesia untuk mengikuti agenda pameran di Cina.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang tahun 2022, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Cina. Nilai ekspor ke Cina sebesar 63,55 miliar dolar AS sementara impor mencapai 67,16 sehingga defisit sekitar 3 miliar dolar AS. Kendati demikian, tren defisit dagang itu terus mengecil dari tahun-tahun sebelumnya.

 

"Setelah pandemi ini kita harapkan ekspor kita ke Cina lebih meningkat karena banyak produk-produk kita yang diminati oleh masyarakat Cina," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler