Viral Anak SMP Kemudikan Mobil, Psikolog: Mungkin tak Diajari Soal Aturan
Anak di bawah umur belum punya emosi matang sehingga bisa bahaya jika kendarai mobil.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengemudikan mobil wajib memiliki surat izin mengemudi (SIM). SIM A untuk menyetir mobil bisa dimiliki ketika seseorang sudah menginjak usia 17 tahun. Namun, baru-baru ini viral sebuah video yang memperlihatkan anak sekolah menengah pertama (SMP) sedang menyetir mobil bersama teman dekatnya yang juga masih SMP.
Psikolog pendidikan anak dan remaja, Alfa Restu Mardhika, ikut memberikan pandangan terkait hal tersebut. Menurut dia, kemungkinan anak tersebut tidak diajari nilai-nilai atau aturan yang benar oleh orang tuanya sehingga sang anak berani melakukan aktivitas yang tidak sesuai aturan.
“Mungkin orang tuanya tidak memberi tahu kepada sang anak bahwa apa yang dilakukan itu tidak boleh karena memang anak itu belum cukup umur. Kalau belum cukup umur itu kan pikiran dan emosinya belum matang, bisa jadi bahaya. Saya aja mikirnya takut,” kata Alfa saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (28/2/2023).
Alfa mengatakan, mengomunikasikan nilai-nilai dan batasan-batasan di keluarga maupun di lingkup sosial kepada anak memang cukup menantang. Namun itu bisa disiasati dengan membangun bonding dengan anak sedari dini.
Menurut dia, strategi membangun bonding antara orang tua dan anak cukup mudah, yaitu dengan berbincang atau berdiskusi bersama anak selama minimal 15 menit dalam sehari. Hal itu bisa dilakukan sejak anak berusia dua tahun dan terus dibiasakan hingga anak remaja bahkan dewasa.
“Kalau udah dekat sama anak, kita bisa bilang ke anak, pelan-pelan, misalnya 'Nak, karena kamu belum cukup umur enggak boleh dulu kendarai mobil ke jalan raya ya'. Terus kita jelasin ke anaknya kenapa enggak boleh. Intinya kalau sudah ada bonding anak juga bisa lebih mudah kita nasihati," kata Alfa.
Tidak hanya itu, Alfa juga mengingatkan pentingnya kekompakan pasangan dalam mendidik buah hati. Pasalnya, ketika ayah dan bunda tidak kompak dalam mendidik buah hati, bisa membentuk karakter anak yang manipulatif.
Dia mengatakan, konsistensi antara pasangan itu harus dilakukan. Jangan sampai sebaliknya.
"Misal ayahnya tipe yang manjain, dan ibunya yang tegas. Kalau gitu keadaannya anak bisa jadi tumbuh menjadi orang yang manipulatif karena si anak akan terbiasa kalau enggak dibolehin sama mamanya lari ke ayahnya,” kata dia.