Bank Sentral Kanada Tahan Suku Bunga Stabil 4,5 Persen
Bank sentral Kanada melihat ekonomi melambat dan tekanan inflasi mereda.
REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Ekonom memprediksi Bank Sentral Kanada akan menjaga suku bunga utamanya tetap di 4,5 persen untuk sisa tahun. Bank sentral dinilai lebih cenderung membunyikan nada hawkish daripada dovish karena inflasi tetap menjadi kekhawatiran.
Sejumlah alasan membuat bank sentral menahan kenaikan suku bunga yang sudah mencapai 425 basispoin selama setahun terakhir. Faktor tersebut seperti pasar perumahan yang melambat, investasi bisnis yang lemah dan pengeluaran konsumen dan data yang menunjukkan penghentian pertumbuhan ekonomi pada akhir 2022.
Dengan inflasi yang lebih rendah, Gubernur Bank of Canada (BoC) Tiff Macklem mengatakan bank sentral sekarang dapat menunggu dan melihat sebelum melakukan sesuatu yang lebih. Akan tetapi, bank telah memperjelas jeda bersifat bersyarat pada data yang masuk.
Semua 32 ekonom yang disurvei 24 Februari hingga 3 Maret mengharapkan BoC akan mempertahankan tingkat 4,5 persen pada 8 Maret. Sebagian besar memperkirakan BoC untuk mempertahankannya di sana selama sisa tahun 2023, meskipun ada isu kenaikan suku bunga dari bank sentral AS.
"Pandangan kami adalah bahwa bank sentral menahan (suku bunga) pada pertemuan ini, Bank of Canada akan melihat cukup kepastian bahwa ekonomi melambat dan tekanan inflasi mereda untuk menjaga tarif yang ditahan selama sisa tahun ini," kata Avery Shenfeld, kepala ekonom di Pasar Modal CIBC.
Sementara itu, data inflasi Kanada menuju ke arah yang benar. Inflasi melambat lebih dari yang diharapkan menjadi 5,9 persen pada Januari, meskipun masih jauh di atas target 2 persen.
Tetapi data produk domestik bruto (PDB) terbaru menunjukkan ekonomi dalam keadaan yang lebih lemah daripada perkiraan, tidak menghasilkan pertumbuhan pada kuartal keempat tahun lalu dibandingkan dengan ekspektasi BoC sendiri untuk ekspansi 1,3 persen.
"Cukup jelas bahwa data tidak terlalu mengejutkan dan oleh karena itu bank harus nyaman dan menjaga kebijakan tetap ditahan," kata Stephen Brown, wakil kepala ekonom Amerika Utara di Capital Economics.