Presiden Ukraina: Pertempuran di Donbas Sulit dan Menyakitkan
Rusia bertekad untuk menguasai seluruh wilayah Donbas.
REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, pasukan negaranya tengah terlibat dalam pertempuran sulit dan menyakitkan di wilayah Donbas timur, termasuk kota Bakhmut. Dia memuji pasukannya yang masih bertahan dan berjuang.
“Saya ingin memberikan penghargaan khusus untuk keberanian, kekuatan, dan ketangguhan para prajurit yang bertempur di Donbas. Ini adalah salah satu pertempuran terberat. Menyakitkan dan sulit,” ujar Zelensky dalam pidato hariannya, Ahad (5/3/2023).
Dia pun menyampaikan terima kasih kepada pasukannya yang berhasil memukul mundur serangan, melindungi perbatasan, dan merusak posisi logistik musuh. “Saya berterima kasih kepada semua tentara penjaga, penjaga perbatasan yang membela negara kita di Bakhmut, Vugledar, Avdiika, Siversk, Svatove, Lyman, dan Zaporizhzhia,” ucap Zelensky.
Pekan lalu Ukraina melaporkan, situasi di sekitar Bakhmut semakin sulit. Rusia bertekad merebut kota tersebut sebagai bagian dari tujuan menguasai seluruh Donbas. Donbas terdiri dari Luhansk dan Donetsk.
Pada September tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin telah secara resmi mengumumkan aneksasi dua wilayah itu bersama Kherson dan Zaporizhzhia.
Sementara itu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu melakukan kunjungan langka ke pos terdepan pasukan Rusia yang berperang di Ukraina akhir pekan lalu. Dia pun sempat berkeliling melihat kondisi di sekitar daerah tersebut.
“Menteri Pertahanan Federasi Rusia Jenderal Angkatan Darat Sergei Shoigu, memeriksa pos depan dari salah satu formasi Distrik Militer Timur di arah Donetsk Selatan,” kata Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan lewat akun Telegram-nya, Sabtu (4/3/2023).
Dalam video yang dipublikasikan Kemenhan Rusia terkait kunjungan tersebut, Shoigu tampak memberikan medali kepada personel militer Rusia. Shoigu kemudian berkeliling memantau kondisi Donetsk Selatan dengan didampingi oleh Kolonel Jenderal Rustam Muradov.
Para petinggi militer Rusia jarang mengunjungi garis depan pertempuran sejak perang di Ukraina pecah pada 24 Februari tahun lalu. Sejauh ini belum ada tanda-tanda konflik Rusia dan Ukraina akan berakhir dalam waktu dekat.