Flu Burung, Kemenkes: Indonesia Jadi Negara dengan Jumlah Kematian Terbanyak di Dunia

Sejak 2003 hingga 2023, ada 168 kematian manusia akibat flu burung di Indonesia.

REUTERS/Dado Ruvic
Petugas kesehatan memegang tabung berisi sampel uji berlabel Flu Burung (Ilustrasi). Msyarakat diserukan untuk waspada terhadap penularan flu burung.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan pentingnya pencegahan flu burung. Sebab, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki kasus kematian manusia akibat infeksi virus H51 penyebab flu burung yang terbanyak di dunia.

"Jadi flu burung juga harus diwaspadai karena yang sakit itu hewannya, tapi dia bisa menular ke manusia," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam Siaran Sehat yang diikuti di Jakarta, Senin (6/3/2023).

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Imran mengatakan, ada 871 kasus terkait flu burung pada manusia sejak kasus flu burung ditemukan pada tahun 2003 hingga 2023. Dari jumlah tersebut, tercatat ada 458 kematian akibat flu burung pada manusia.

Baca Juga


Sebanyak 168 di antaranya terjadi di Indonesia, menjadikannya sebagai negara dengan kematian manusia akibat flu burung terbanyak di dunia. Jumlah kematian tersebut disusul oleh Mesir 120 jiwa, Vietnam 64 jiwa, Kamboja 38 jiwa, dan Cina 32 jiwa merujuk dari data yang sama.

"Semua kasus yang terpapar unggas terinfeksi, berasal dari kontak langsung," kata Imran.

Imran kemudian menjelaskan bahwa flu burung aslinya termasuk ke dalam penyakit zoonosis atau penyakit yang berasal dari hewan dan bisa menulari manusia. Biasanya, penyakit tersebut berasal dari kucing, anjing atau kelelawar. Namun, flu burung disebabkan oleh unggas yang terinfeksi.

Cara penularannya patut diwaspadai, yakni akibat adanya kontak langsung dengan sekret atau tinja binatang yang terinfeksi. Penularan pun bisa melalui udara, utamanya yang tercemar oleh virus influenza.

Berbagai benda yang telah terkontaminasi virus pun juga bisa menularkan penyakit ke manusia. Masa inkubasi virus terjadi dalam kurun waktu satu sampai tujuh hari, dengan rata-rata penularannya tiga hingga lima hari.

"Saat ini, terdapat tujuh varian utama (clade), dengan 38 sub-clade, di mana 21 di antaranya dilaporkan pada manusia," ujar Imran.

Oleh karenanya, Imran mengimbau masyarakat untuk terus waspada terhadap zoonosis dan memahami gejala dari infeksi flu burung pada manusia. Beberapa gejalanya adalah mengalami demam lebih dari 38 derajat Celsius, lemas, batuk, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri perut, nyeri dada, dan diare.

"Utamanya pasien mempunyai riwayat dengan unggas yang sakit atau mati mendadak," katanya.

Imran mengingatkan, penyakit flu burung dapat berkembang sangat cepat menjadi penyakit paru berat dengan sesak napas, pneumonia, sindrom distres pernapasan akut dan perubahan neurologis (perubahan mental atau kejang). Ia pun meminta setiap pihak untuk secara komprehensif bekerja sama menjaga kesehatan diri dan lingkungan serta menerapkan prinsip one health (satu sehat) supaya flu burung tidak menyebar semakin meluas di Indonesia maupun secara global.

Imran juga meminta bagi pihak yang mengalami gejala untuk tidak merasa takut. Ia menyerukan pencegahan timbulnya kepanikan dalam masyarakat. Utamakan segera membawa pihak yang diduga terinfeksi ke fasilitas kesehatan sehingga bisa segera dilakukan tata laksana yang sesuai dengan diagnosis.

"Tentu saja penyakit zoonosis ini meskipun tidak terlalu banyak membunuh seperti Covid-19 ya, tetapi dampaknya terhadap ekonomi kita cukup besar, terutama bagi para peternak," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler