Video Pendek Makin Populer, Ini Buktinya

Sejak tahun 2020, cara orang berinformasi berubah ke video.

Dok istimewa
Kehadiran platform video pendek seperti TikTok dan SnackVideo terus meningkat beberapa tahun terakhir./ilustrasi.
Rep: Meiliza Laveda Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kehadiran platform video pendek seperti TikTok dan SnackVideo terus meningkat beberapa tahun terakhir. Berdasarkan studi dari spesialis riset pasar global dan opini publik, Ipsos Indonesia, total pengguna aktif bulanan pasar video pendek mencapai 100 juta dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) sebesar 55 persen.

Baca Juga


Video pendek menduduki urutan ketiga (70 persen) sebagai platform media yang sering digunakan orang Indonesia. Studi yang berjudul Indonesia Short Video White Paper 2023 mengungkapkan orang Indonesia bisa menghabiskan 2,1 jam per hari untuk menonton video pendek.

Pengamat budaya dan komunikasi digital Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengatakan sejak tahun 2020, cara orang berinformasi berubah ke video. Perubahan tersebut menghasilkan masalah baru yang harus segera diatasi.

“Sebetulnya tujuan yang dicari sama, mencari informasi. Masalahnya adalah harus dipastikan yang ditonton memang berguna, bukan hanya sekadar hiburan atau lucu-lucuan. Karena waktu tetap terpakai dan kalau itu tidak berguna buang-buang waktu namanya,” kata Firman kepada Republika.co.id.

Ini menjadi tantangan bagi mereka, termasuk pegiat literasi untuk banyak memproduksi informasi-informasi berguna dalam bentuk video pendek. Sebab, video pendek saat ini banyak diminati karena praktis.

“Kalau kita lihat trennya, di TikTok, Reels Instagram atau bentuk video pendek lainnya, kalau 30 detik tidak menarik ditinggal sehingga harus mampu membuat orang terpaku selama 30 detik pertama,” ujar dia.

Meski begitu, Firman mengatakan konten video pendek memiliki kelemahan, yaitu pesan yang dibawakan tidak mendalam. Jadi, untuk menganalisis atau menelaah sesuatu kurang efektif karena bentuk informasinya yang dangkal. Bagi mereka yang hanya terpaku pada video pendek saja, ini bisa menjebak mereka dalam peristiwa-peristiwa permukaan.

“Ini berbahaya sebetulnya, misalnya informasi tentang perceraian Indra Bekti, itu disurakan secara pendek, orang tidak paham pokoknya. Ini yang mana benar dan jahat pada akhirnya. Itu jeleknya peristiwa-peristiwa pendek dan tidak mendalam,” ucap dia. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler