Perangi Penipuan Siber, Keamanan Sistem Perbankan Diperkuat

BCA menggandeng rintis Sejahtera untuk perkuat keamanan siber.

Pixabay
Kerugian warga Australia karena penipuan baik online maupun lewat metode lain terus meningkat dari tahun ke tahun.
Rep: Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia (BCA) Tbk berusaha untuk memperkuat keamanan sistem untuk memerangi penipuan siber. Saat ini, PT Rintis Sejahtera menjadi penyedia layanan switching dan komunikasi bagi jaringan ATM BCA.

Baca Juga


Marketing Director Rintis Sejahtera, Suryono Hidayat memastikan fungsi Rintis Sejahtera memberikan keamanan para bank dan sistem sistem pembayaran. "Apa yang kami lakukan ada sistem yang memonitor untuk memberikan pencegahan," kata Suryono dalam diskusi Prima Talk yang berkolaborasi dengan BCA di Senayan City Mall, Rabu (8/3/2023). 

Suryono menjelaskan, sistem tersebut akan bisa memberikan informasi jika terjadi kejadian tidak normal atau penipuan yang bisa merugikan nasabah bank. Dia menuturkan ada beberapa ciri yang biasanya mendakan transaksi tidak normal.

"Misalnya nilainya banyak, lalu terjadi secara beruntun dan bahkan nilainya selalu sama. Sistem kami akan langsun aktif. Kalau malam juga sistem kami alert," jelas Suryono.

Meskipun begitu, dia memastikan juga ada penipuan social engineering berpotensi tidak terdeteksi oleh sistem karena nilai transkaksi yang terpantau normal. Untuk itu, Suryono meminta masyarakat untuk lebih waspada.

"Hati-hati kalau menerima whatsapp, sms, dan email bisa menjadi sarana membuat kita terjebak. Kejadiannya itu kadang-kadang tidak disadari," tutur Suryono.

Sementara itu, Executive Vipe President Center of Digital BCA, Wani Sabu mengungkapkan berdasarkan hasil survei Oxford kasus kejahatan digital di dunia 88 persen merupakan social engineering.

Sementara di Indonesia, Wani menyebut 99 persen kejahatan di dunia perbankan yaitu sosial enginering. Kejahatan social engineering merupakan teknik manipulasi psikologis yang digunakan untuk memanipulasi orang enggan cara tertentu untuk mengungkapkan informasi rahasia. Selain itu juga untuk memberikan akses ke jaringan yang dilindungi atau melakukan tindakan yang tidak diinginkan lainnya.

Wani menilai, penipuan dengan teknik social engineering masih marak karena juga di luar kontrol bank. "Bank di-hack, sistem bermasalah bisa kontrol tetapi kalau social enginering itu di luar kontrol. Itu kejahatan yang dilakukan dengan mempengaruhi otak untuk mengikuti keinginan penjahat itu," kata Wani.

Beberapa contoh yakni kejahatan siber melalui link atau aplikasi yang dikirimkan kepada korban dengan modus tertentu. Wani menuturkan untuk mengatasi kejahatan siber tersebut di luar kontrol bank.

"Kami tidak bisa mengontrol masyarakat karena itu hukan salah sistem bank tapi kesalahan individu atau kelalaian. Jadi tolong hati-hati jangan asal klik link atau aplikasi yang dikirim oleh orang yang tidak dikenal," ungkap Wani.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler