Bocah 3 Tahun di Texas Tembak Kakaknya Hingga Tewas

Bulan lalu, seorang anak laki-laki berusia enam tahun membawa senjata api ke sekolah.

pixabay
Ilustrasi Penembakan
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEXAS – Seorang anak perempuan berusia tiga tahun di Texas, Amerika Serikat (AS), secara tidak sengaja menembak kakak perempuannya yang berusia empat tahun hingga tewas, Ahad (12/3/2023), sekitar pukul 20:00 waktu setempat. Peristiwa itu terjadi di sebuah apartemen di Bammel North Houston Road di Houston.

Baca Juga


Sheriff Harris County Ed Gonzalez mengatakan, insiden penembakan terjadi di kamar tidur kedua anak perempuan tersebut. “Anak berusia tiga tahun itu memperoleh akses ke pistol semi-otomatis yang terisi. Anggota keluarga mendengar satu tembakan. Mereka berlari ke kamar dan menemukan balita kecil, berusia empat tahun, tidak sadarkan diri,” kata Gonzalez.

Gonzalez mengungkapkan, anak perempuan berusia empat tahun itu meninggal di lokasi kejadian. "Sepertinya kisah tragis lainnya. Sekali lagi, seorang anak mendapatkan akses ke senjata api dan melukai orang lain, dan kali ini ada tembakan yang fatal," ujar Gonzalez.

Saat penembakan terjadi, terdapat lima orang dewasa di apartemen tersebut. Mereka adalah anggota keluarga dan teman dari anggota keluarga terkait. Gonzalez mengatakan, Kantor Kejaksaan Harris County akan memutuskan apakah bakal ada orang dewasa yang menghadapi dakwaan atas insiden itu. Keputusan mengenai dakwaan dikeluarkan setelah penyelidikan oleh kepolisian rampung dilakukan.

Gonzalez menyerukan dan mengimbau masyarakat pemilik senjata api agar bisa bertanggung jawab agar insiden serupa tak terulang. “Kami terus mengirimkan pesan bahwa ini sangat bisa dicegah. Anda harus memastikan bahwa Anda adalah pemilik senjata yang bertanggung jawab, mengamankan senjata Anda di tempat yang aman,” ucapnya.

Menurut Gonzalez, para pemilik senjata api tak cukup hanya memberi tahu anak-anak di lingkungan keluarga mereka agar tak menyentuh senjata tersebut. “Anda tahu, kita harus melakukan sedikit lagi. Kita melihat terlalu banyak situasi tragis seperti ini terungkap,” ujarnya.

Bulan lalu, seorang anak laki-laki berusia enam tahun murid sebuah sekolah dasar di Virginia, AS, tepergok membawa senjata api ke sekolahnya. Ibu dari anak tersebut ditangkap karena dianggap bertanggung jawab atas kelalaian itu.

Dilaporkan laman BBC, staf Little Creek Elementary School memanggil kepolisian ke sekolah mereka pada sore 16 Februari lalu. Staf sekolah tersebut kemudian menyerahkan sepucuk pistol yang disita dari seorang murid laki-laki berusia enam tahun.

Tak ada insiden apa pun yang menyebabkan jatuhnya korban luka maupun tewas terkait penyitaan senjata api dari murid tersebut. Namun salah seorang orang tua murid mengaku bahwa putrinya sempat diancam akan ditembak oleh anak laki-laki itu. Kepolisian telah menahan ibu dari anak laki-laki tersebut. Dia dianggap bertanggung jawab atas tindakan anaknya membawa senjata api ke sekolah.

Pada 6 Januari lalu, seorang guru di Richneck Elementary School di Newport News, Virginia, menjadi korban penembakan muridnya. Guru tersebut telah menyatakan akan menuntut otoritas sekolah karena dianggap mengabaikan peringatan atas ancaman penembakan.

Guru yang tertembak itu bernama Abigail Zwerner (25 tahun). Dia selamat, tapi mengalami luka cukup serius. Pengacara Zwerner, Diane Toscano, mengatakan, pihak Richneck Elementary School telah diperingatkan oleh kliennya sebanyak tiga kali ketika insiden penembakan terjadi pada 6 Januari lalu. Beberapa guru lainnya di sekolah tersebut pun sempat menyampaikan peringatan serupa. Namun peringatan itu diabaikan hingga akhirnya penembakan terhadap Zwerner terjadi.

Zwerner selamat dari tembakan di dada dan sudah menjalani proses pemulihan di rumah. Namun dia masih harus menjalani serangkaian operasi. Sementara itu, orang tua dari anak yang melakukan penembakan mengatakan bahwa putra mereka mengidap “disabilitas akut”.

Salah satu orang tuanya biasanya mendampingi anak tersebut ke sekolah. Namun ketika insiden penembakan terjadi pada 6 Januari lalu, anak itu sedang tidak ditemani orang tuanya. Keterangan terkait disabilitas akut yang dialami anak enam tahun tersebut diungkap keluarganya lewat kantor pengacara mereka, James S. Ellenson, 19 Januari lalu. Itu menjadi pernyataan perdana dari pihak keluarga sejak insiden penembakan terjadi.

Dalam keterangan persnya, keluarga anak tersebut menjelaskan anaknya berada di bawah rencana perawatan di sekolah. Mereka, yakni kedua orang tua, akan mendampinginya ke sekolah setiap hari. Terkait hal ini, mereka tak menjelaskan secara spesifik tentang apa yang dimaksud dengan “mendampingi sang anak setiap hari ke sekolah”. Tak diterangkan pula apakah mereka turut hadir di kelas dan mengikuti proses belajar mengajar atau tidak.

Mereka juga tak memaparkan apa maksudnya “rencana pengasuhan” untuk anaknya. Namun menurut James S. Ellenson, program pengasuhan itu bernama individualized education program (IEP). Program tersebut diberikan kepada siswa penyandang disabilitas di bawah undang-undang federal. Ketika ditanya apakah kecacatan itu intelektual atau perilaku, Ellenson mengatakan itu "semuanya di atas”.

Keluarga kemudian menerangkan mengapa mereka tidak bisa mendampingi anaknya saat insiden penembakan terjadi pada 6 Januari lalu. Mereka mengklaim, itu merupakan pertama kalinya mereka tak menemani anaknya. “Kami akan menyesali ketidakhadiran kami pada hari itu (penembakan) selama sisa hidup kami,” ujar mereka.

Kemudian keluarga sang anak turut menjelaskan tentang kepemilikan senjata api. Mereka mengaku membeli pistol berkaliber 9 milimeter secara legal. Pistol itu yang digunakan oleh anaknya saat melakukan penembakan.

"Keluarga kami selalu berkomitmen untuk memiliki senjata yang bertanggung jawab dan menjauhkan senjata api dari jangkauan anak-anak. Senjata api yang diakses putra kami diamankan,” kata keluarga yang tidak dipublikasikan identitasnya tersebut.

Dalam pernyataannya, keluarga sang anak tak menjelaskan bagaimana pistol mereka bisa 'dicuri'. Namun James S Ellenson mengungkapkan, sepemahamannya, pistol tersebut disimpan di lemari ibunya di rak paling atas. Tingginya hampir dua meter.

Selain itu, pistol tersebut memiliki kunci pemicu yang membutuhkan kunci. Bentuknya mirip kunci sepeda. Namun Ellenson pun tak bisa menjawab tentang bagaimana anak yang disebut memiliki disabilitas akut itu dapat mengambil senjata milik orang tuanya. “Kami tidak tahu,” ujarnya. 

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler