Puluhan Siswi SMP Sayat Tangan Pakai Silet, Kemen-PPPA Beri Tanggapan
Sebanyak 52 pelajar SMP di Bengkulu menyayat tangan mereka sendiri memakai silet.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Nahar meminta semua pihak, termasuk orang tua untuk mewaspadai fenomena self harm (melukai diri sendiri) pada remaja. Ajakan tersebut dikeluarkan setelah adanya kasus pelajar yang dengan sengaja melukai tangan mereka sendiri di sejumlah daerah di Indonesia.
"Semua pihak agar mewaspadai fenomena ini agar anak tidak menjadi korban," kata Nahar, Senin (13/3/2023).
Nahar meminta para orang tua agar memberikan kasih sayang yang cukup kepada anak mereka dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak. "Beri kasih sayang cukup, penuhi hak anak, buka ruang komunikasi untuk bisa saling memahami," kata Nahar.
Selain itu, orang tua juga diminta untuk menguatkan literasi digital anak serta meningkatkan kecakapan hidup anak. "Kuatkan literasi digital, tingkatkan kecakapan hidup anak dan lindungi dari berbagai masalah yang dapat muncul karena faktor eksternal," kata Nahar.
Sebelumnya, sebanyak 52 pelajar di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu, secara massal menyayat tangan mereka sendiri dengan silet. Hal ini diduga karena pengaruh media sosial. Polisi masih menyelidiki kasus ini. Tak hanya di Bengkulu, kasus serupa juga terjadi di Bali.
Aksi para siswi ini diketahui oleh salah satu guru pada Rabu (8/3/2023). Saat itu, sang guru melihat beberapa siswi memiliki luka yang sama. Setelah diperiksa, diketahui ada 52 siswi yang memiliki luka yang sama.