Produsen Senjata Jerman Bidik Pembangunan Pabrik Tank Tempur di Ukraina
Nilai investasi pabrik tank tempur di Ukraina mencapai 200 juta euro
REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Pembuat senjata Jerman Rheinmetall ingin membangun pabrik di Ukraina dengan kapasitas produksi hingga 400 tank tempur utama Panther KF51 setiap tahunnya. Beberapa ahli peperangan darat berpendapat, rencana tersebut rapuh karena keamanan lokasi hingga risiko rantai pasokan.
CEO Rheinmetall, Armin Papperger membicarakan masalah ini dengan media Jerman berkali-kali sejak awal tahun. Dia mengatakan, perusahaan sedang bernegosiasi dengan Ukraina tentang kemungkinan menginvestasikan 200 juta euro atau 215 juta dolar AS di pabrik tank baru yang dapat melengkapi pasukan Kiev. Juru bicara perusahaan mengonfirmasi rencana tersebut tetapi menolak memberikan informasi secara spesifik.
“Untuk alasan bisnis dan mengingat kepentingan keamanan Ukraina yang sensitif, kami tidak dapat memberikan perincian lebih lanjut saat ini tentang status pembicaraan dan kemungkinan pembentukan kemampuan manufaktur di negara itu,” tulis juru bicara Jan-Phillipp Weisswange dalam sebuah pernyataan, dilansir Defense News, Rabu (22/3/2023).
Beberapa elemen proposal telah membuat para ahli skeptis. Penasihat senior di Pusat Kajian Strategis dan Internasional di Washington, Mark F Cancian, mengatakan, tingkat produksi yang diharapkan tampaknya terlalu tinggi.
“Memproduksi 400 tank lengkap per tahun adalah upaya yang sangat besar,” kata Cancian.
Cancian mengatakan, sebagai perbandingan, Amerika Serikat saat ini secara kasar memproduksi 100 unit tank per tahun. Sementara tentara Ukraina memiliki total tank sekitar 800 unit sebelum perang meletus.
"Dengan asumsi umur sekitar 20 tahun, maka membutuhkan pengadaan sekitar 40 tank setahun, bukan 400," kata Cancian.
Cancian menambahkan, investasi sebesar 200 juta euro untuk membangun kemampuan produksi terlalu rendah untuk target yang masif. Namun belum diketahui apakah tujuan investasi Rheinmetall di Ukraina adalah untuk mendirikan pabrik produksi skala penuh atau fasilitas perakitan yang berpotensi lebih kecil.
Seorang analis pertahanan senior di RAND Corporation, Marta Kepe, mengatakan, melakukan perakitan akhir dan kualifikasi di Ukraina membawa risiko yang terkait dengan pengiriman barang-barang sensitif ke zona perang. Sebaliknya, membangun kendaraan sepenuhnya di Ukraina dapat meringankan kesulitan tersebut, dan dalam jangka panjang mungkin menguntungkan negara-negara Eropa lainnya.
“Memproduksi Panther di Ukraina berarti bahwa Jerman bersama negara-negara Eropa lainnya tidak perlu menyerahkan platform dalam inventaris mereka ke Ukraina, sehingga menjaga kemampuan pencegahan dan pertahanan mereka sendiri, sambil membantu negara tersebut,” ujar Kepe.
Tank terbaru Rheinmetall pada dasarnya masih berupa senjata konsep, yang diresmikan pada pameran pertahanan Eurosatory musim panas lalu di Paris. Panther KF51, yang dalam istilah teknis sebenarnya adalah turret dan bukan tank lengkap, didasarkan pada lambung Leopard 2A4 yang dilengkapi dengan turret baru, dan menampung meriam utama kaliber 130 mm bermuatan otomatis. Pembuatan desain akan memakan waktu hingga 2026 untuk mencapai kematangan teknis secara penuh.
Memproduksi Panther di Ukraina kemungkinan akan membutuhkan persetujuan pemerintah Jerman. Langkah yang membawa risiko politik di Berlin.
Sementara itu, Cancian mengatakan, Ukraina sedang dalam proses mengumpulkan jenis tank yang berbeda dari negara-negara donor dengan pemeliharaan yang terbukti sulit. Jika ditambah tank jenis lain lagi, maka dapat memperburuk masalah.
Cancian mengatakan, dengan situasi tersebut maka proposal Rheinmetall tidak masuk akal. Menurut Cancian, proposal akan lebih berguna untuk membangun atau memodernisasi pabrik untuk meng-upgrade tank tempur utama negara T72
“Ukraina memiliki lebih banyak kendaraan era Soviet ini dan dapat memodernisasikannya dengan biaya yang jauh lebih rendah. Itu juga akan memungkinkan mereka untuk memasuki pasar dunia karena banyak negara bagian lain memiliki T72 yang sudah usang,” kata Cancian.
Seorang analis senior RAND yang penelitiannya berfokus pada perang darat dan kemampuan militer Rusia, Scott Boston, mengatakan, sebuah platform baru dengan teknologi mungkin dibutuhkan Ukraina dalam jangka panjang.
“Persenjataan utama tank 130mm baru akan memiliki banyak ruang untuk pertumbuhan di masa depan. Terutama karena Rusia telah kehilangan begitu banyak armada tank modernnya, akan sangat lama sebelum angkatan daratnya dapat merakit kendaraan modern sebanyak yang mereka lakukan pada bulan-bulan awal invasi tahun lalu,” kata Boston.
Boston mengatakan, ada juga prospek Panther untuk dapat mengoperasikan platform robotik, drone, dan sistem darat tak berawak. Kemampuan ini sudah dirancang ke dalam konsep tank.
"Mengingat betapa berpengalamannya pasukan Ukraina dengan menggunakan drone di medan perang, teknologi tersebut dapat membuktikan lompatan kemampuan," ujar Boston.