Ozil Pensiun, Cerita Ketegangan dengan Mourinho di Madrid Muncul Kembali

Perselisihan dengan Mourinho membuka mata Ozil soal dedikasi kepada tim.

EPA/Friso Grentsch
Jose Mourinho (kiri) dan Mesut Oezil saat keduanya masih di Real Madrid pada 2013.
Rep: Anggoro Pramudya Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Mesut Ozil menyampaikan keputusan gantung sepatu. Lewat akun Instagramnya, Rabu (22/3/2023), Ozil menilai sudah waktunya ia mundur dari lapangan hijau setelah gagal berkontribusi maksimal untuk timnya Istanbul Basaksehir akibat rentetan cedera.

Baca Juga


Pria berusia 34 tahun mengakhiri perjalanan kurang lebih 18 tahun sebagai seorang profesional yang membuatnya bermain untuk FC Schalke, Werder Bremen, Real Madrid, Arsenal, Fenerbahce, dan Istanbul Basaksehir. Sang playmaker memenangkan Piala Dunia bersama timnas Jerman pada tahun 2014 dalam puncak kariernya di panggung lapangan hijau.

Mundurnya Ozil mengingatkan kembali publik dalam sejumlah cerita di balik layar sepanjang kariernya yang dingkapkan lewat buku biografi. Salah satunya ketika ia terlibat ketegangan dengan Jose Mourinho ketika keduanya bekerja sama di Real Madrid.

Saat itu Los Merengues resmi mendatangkan Ozil usai penampilan mengilapnya bersama timnas Jerman pada 2010. Meski mencetak 27 gol dan 81 assist dalam 159 pertandingan untuk El Real, gaya bermain Ozil yang lamban tidak selalu sesuai dengan selera Mourinho.

Dilansir Mirror, Kamis (23/3/2023) keduanya berselisih karena perbedaan pendapat. Ozil membagikan kisah keteganganya bareng juru taktik asal Portugal dalam buku berjudul Gunning for Greatness.

Saat itu kata Oezil, Mourinho mengeluarkan cacian kepadanya di lapangan. Pelatih AS Roma itu mengkiritisi jika satu atau dua operan indah tidak cukup membantu permainan tim.

"Dia tidak menunjukkan emosi. Hanya menunggu tanggapan dari saya. Betapa saya membencinya sekarang. Meski, sebenarnya saya mencintai Mourinho," tulis Ozil.

Selepas peluit turun minum, Ozil yang marah karena ucapan Mourinho melempar bajunya ke arah allenatore berusia 60 tahun di ruang ganti. Dalam buku tersebut, Ozil menceritakan perkataan Mourinho kemudian kepadanya.

"Oh, kamu menyerah sekarang? Kamu pengecut sekali. Apa yang kamu inginkan? Merangkak di bawah pancuran air hangat? Merenung? Atau kamu ingin membuktikan kepada sesama pemain, penggemar di luar sana, dan aku, apa yang bisa kamu lakukan," tulis pria asal Jerman berdarah Turki.

Insiden ini bisa diaetikan sebagai 'lompatan kepercayaan' bagi Ozil. Bahkan, perselisihannya dengan Mourinho diceritakan di bagian depan buku Gunning for Greatness.

Tindakan itu nyatanya berubah menjadi momen formatif dalam karier Ozil. Kebencian awalnya terhadap Mourinho karena gaya manajemen manusianya yang unik, menjadi motivasi baru dalam dirinya selama menjadi pesepak bola dunia.

Wartawan olahraga Kai Psotta, yang membantu Ozil menulis buku tersebut, mengatakan kepada GOAL tentang proses pemikiran sang pemain.

"Dia menyadari bahwa bukanlah reaksi yang tepat untuk berlari ke kamar mandi dan mengecewakan rekan satu tim dan juga memahami bahwa tidak cukup hanya bermain bagus tetapi Anda harus selalu memberikan 100 persen," ungkap Kai Psotta.

Dari Mourinho justru Ozil belajar tentang memberikan segalanya untuk tim pun bekerja keras sesuai arahan pelatih. Layaknya, Sergio Ramos dan Cristiano Ronaldo sebagai panutan di Madrid kala itu.

"Penghinaan di paruh waktu oleh Mourinho memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Mesut Ozil dan itulah alasan mengapa ia memulai otobiografinya dengan pengalaman ini. Itu adalah momen kunci."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler