Krisis Makin Curam, Bank Dunia Prediksi Ekonomi Global Tumbuh 2,2 Persen

Proyeksi Bank Dunia lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan pada 2000-2010.

EPA
Orang-orang mengantre untuk mengambil kredensial mereka untuk Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) 2022 dan Kelompok Bank Dunia (WBG) di Washington, DC, AS, 10 Oktober 2022. Pertemuan berlangsung dari 10 Oktober hingga 16 Oktober .
Rep: Novita Intan Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi global hanya naik 2,2 persen sepanjang 2022-2030. Adapun proyeksi ini lebih rendah sekitar 30 persen dari rata-rata pertumbuhan pada 2000-2010.

Baca Juga


Kepala Ekonom Bank Dunia dan Wakil Presiden Senior untuk Ekonomi Pembangunan Indermit Gill mengatakan pihaknya juga memperkirakan rata-rata pertumbuhan negara berkembang turun menjadi empat persen per tahun dalam periode tersebut, dari enam persen per tahun pada 2000-2010. 

“Bank Dunia memprediksi penurunan ini akan semakin curam jika terjadi krisis keuangan global atau resesi. Penurunan proyeksi Bank Dunia juga didasarkan kemungkinan risiko ekonomi seperti tenaga kerja global yang menua dan investasi sektor swasta yang menurun,” ujarnya berdasarkan laporan resmi, Selasa (28/3/2023).

Menurutnya potensi penurunan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan memiliki implikasi serius, kemampuan dunia dalam mengatasi tantangan yang semakin meluas dan unik. 

“Kecepatan pertumbuhan ekonomi global dapat ditingkatkan melalui kebijakan yang memberi insentif pada pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan mempercepat investasi,” ucapnya.

Adapun hasil analisis menunjukkan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun berpotensi meningkat sebanyak 0,7 poin persentase menjadi 2,9 persen jika negara-negara mengadopsi kebijakan yang berkelanjutan dan berorientasi pada pertumbuhan. Hal ini mengubah perlambatan yang diperkirakan terjadi menjadi akselerasi potensi pertumbuhan produk domestik bruto global.

Sementara itu Direktur Prospects Group Bank Dunia Ayhan Kose menambahkan generasi saat ini berutang kepada generasi mendatang untuk merumuskan kebijakan yang dapat menghasilkan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif. 

 

"Dorongan kebijakan yang berani dan kolektif harus dilakukan sekarang untuk memulihkan pertumbuhan,” tulis Kose dalam laporannya.

Pada tingkat nasional, Kose mengungkapkan setiap negara berkembang perlu mengulangi catatan terbaiknya selama 10 tahun terakhir di berbagai kebijakan. Pada tingkat internasional, respons kebijakan membutuhkan kerja sama global yang lebih kuat dan dorongan yang lebih kuat untuk memobilisasi modal swasta.

Selain itu, laporan tersebut menyoroti tindakan kebijakan khusus tingkat nasional yang dapat membuat perbedaan penting dalam mempromosikan prospek pertumbuhan jangka panjang, yang meliputi menyelaraskan kerangka kerja moneter, fiskal, dan keuangan, meningkatkan investasi, memotong biaya perdagangan, memanfaatkan jasa, dan meningkatkan partisipasi angkatan kerja. 

 

Laporan tersebut juga menekankan perlunya memperkuat kerja sama global, mengingat integrasi ekonomi internasional membantu mendorong kemakmuran global selama lebih dari dua dekade sejak 1990. Meskipun tersendat, pemulihan penting dilakukan untuk mengatasi perdagangan, mempercepat aksi iklim, dan memobilisasi investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler