Perilaku Seseorang dengan Pakaiannya Bisa Mengarah ke Gejala Autisme

1 dari 3 anak perempuan menyadari mereka autis karena keterikatan pada pakaian.

www.freepik.com
Perempuan memilih pakaian (Ilustrasi). Bagi orang dengan autisme, pakaian dapat memuluskan hari atau malah membuatnya berantakan.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perilaku tertentu yang ditunjukkan seseorang terkait dengan pakaiannya bisa mengarah pada autisme. Penelitian baru dari Vanish yang bermitra dengan badan amal Ambitious about Autism menemukan bahwa satu dari tiga anak perempuan menyadari bahwa mereka autis karena keterikatan pada pakaian.

TV personality, model dan penulis, Christine McGuinness, yang didiagnosis menderita autisme pada 2021 dalam usia 33 tahun mengungkapkan bagaimana hoodie abu-abunya memberikan dukungan. McGuiness mengatakan setiap orang dengan autisme itu unik dan kebanyakan dari penyandangnya menganggap perubahan adalah masalah besar.

Baca Juga


Pakaian dapat memuluskan hari atau malah membuatnya berantakan bagi beberapa orang dengan autisme. Sebab, orang mengandalkannya untuk konsistensi dan keakraban.

"Saya memiliki hoodie abu-abu yang sangat penting bagi saya karena cara lengannya menutupi tangan saya menghibur saya, dan karena hoodie ini memiliki tudung dalam yang sempurna untuk disembunyikan diri saat terlalu berisik saat bepergian," ujarnya, seperti dilansir laman Express, Selasa (4/4/2023).

Dokter Laura Hull, seorang ahli autisme dari University of Bristol di Inggris, mengatakan perilaku tertentu seputar pakaian memang bisa menjadi tanda autisme. Berikut penjelasannya:

1. Keterikatan pada pakaian
Mirip dengan McGuiness, beberapa orang dengan autisme mungkin beralih ke pakaian tertentu untuk mendapatkan dukungan dan kenyamanan. Menurut dr Hull, mereka memiliki preferensi yang kuat untuk keakraban dan rutinitas sehingga mungkin ingin mengenakan pakaian yang sama setiap hari.

2. Kesulitan beradaptasi dengan pakaian baru
Dari pakaian formal yang dikenakan pada acara-acara khusus hingga hari-hari yang tidak berseragam di sekolah, mengenakan pakaian yang tidak biasa dapat menimbulkan kesukaran atau perasaan negatif bagi sebagian orang dengan autisme. Mengenakan pakaian yang familier benar-benar dapat memengaruhi suasana hati orang dengan autisme, menurut dr Hull.

Pakaian bukan hanya barang, tapi juga penyelamat bagi kehidupan sehari-hari banyak orang. Itu membantu mereka merasa nyaman dan aman.

3.Sensitivitas terhadap bahan tertentu dan cocok
Tanda terkait pakaian terakhir yang dapat menunjukkan autisme adalah kepekaan terhadap bahan tertentu atau kecocokan terhadap pakaian tertentu.

"Jika anak-anak atau orang dewasa sangat sensitif terhadap item pakaian tertentu, atau merasa tidak nyaman (misalnya, melepas kaus kaki atau pakaian, atau lebih memilih bahan yang lembut dan mulus seperti bulu dan jersey), ini bisa menjadi tanda bahwa mereka memiliki beberapa sensitivitas sensorik yang terkait dengan autisme," jelas dr Hull.

Penelitian baru menemukan bahwa 92 persen orang dengan autisme dipengaruhi oleh sensitivitas sensorik. Sebanyak 73 persen orang autis menggunakan pakaian untuk membantu mengatur indra mereka. Walaupun temuan menunjukkan bahwa satu dari tiga anak perempuan menyadari bahwa mereka autis karena keterikatan pada item pakaian, Dr Hull menjelaskan bahwa tanda ini tidak spesifik gender.

"Sejauh yang saya ketahui, sensitivitas sensorik terkait pakaian adalah sama untuk semua jenis kelamin/gender," ujarnya.

Belum ada perbandingan khusus antara pria dan wanita. Namun, penelitian baru ini juga mengungkapkan kesenjangan gender yang mengejutkan dalam diagnosis autisme.

Rata-rata, anak perempuan tiga kali lebih kecil kemungkinannya dibandingkan anak laki-laki untuk menerima diagnosis autisme. Butuh waktu lebih lama bagi anak perempuan untuk didiagnosis.

"Anak perempuan dan laki-laki dihadapkan pada pesan dan harapan yang berbeda tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana mereka diharapkan untuk berperilaku, yang kemudian dapat memengaruhi cara mereka mengekspresikan autisme mereka," ujar Dr Hull.

“Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dengan tepat bagaimana autisme diekspresikan sepanjang umur di antara semua jenis kelamin.”

Pakar menyarankan untuk berbicara dengan profesional kesehatan atau pendidikan, seperti dokter umum atau Special Educational Needs Coordinator (SENCO) di sekolah, jika Anda berpikir bahwa Anda atau seseorang yang Anda kenal mungkin menyandang autisme.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler