Mata Uang BRICS Disebut Bakal Gantikan Dolar AS

Dedolarisasi akan mengurangi ketergantungan negara lain pada dolar AS dan ekonomi AS

[ist]
Baru-baru ini ada pembicaraan untuk menciptakan mata uang baru dalam upaya menggantikan dolar dan melawan hegemoni Amerika Serikat
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Dolar AS telah menjadi mata uang resmi untuk perdagangan internasional selama bertahun-tahun.  Namun, baru-baru ini ada pembicaraan untuk menciptakan mata uang baru dalam upaya menggantikan dolar dan melawan hegemoni Amerika Serikat

De-dolarisasi ini mendapat dorongan terutama setelah perang Rusia-Ukraina dimulai Februari tahun lalu.  Pada minggu lalu, gerakan ini mendapat dorongan lebih lanjut ketika Wakil Ketua Duma Negara Rusia, Alexander Babakov mengatakan bahwa negara-negara BRICS sedang dalam proses menciptakan media baru untuk pembayaran. Media pembayaran baru ini didirikan berdasarkan strategi yang tidak mempertahankan dolar atau euro.


Dolar AS telah disebut sebagai rajanya mata uang. Dolar AS menjadi mata uang cadangan resmi dunia pada 1944. Keputusan ini dibuat oleh delegasi dari 44 negara Sekutu yang disebut Perjanjian Bretton Woods. Sejak itu, dolar menikmati status yang kuat di dunia. Hal ini telah memberikan pengaruh yang tidak proporsional terhadap ekonomi lain.  Padahal, Amerika Serikat telah lama menggunakan pengenaan sanksi sebagai alat untuk mencapai tujuan kebijakan luar negeri.

Namun, tidak semua negara suka bermain sesuai aturan AS. Negara-negara seperti Rusia dan Cina ingin menghentikan hegemoni dolar.  Proses ini disebut de-dolarisasi atau mengacu pada pengurangan dominasi dolar di pasar global.  Ini adalah proses penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan minyak atau komoditas lainnya.

Para pendukung de-dolarisasi mengatakan, proses ini akan mengurangi ketergantungan negara lain pada dolar AS dan ekonomi Amerika Serikat. Langkah ini juga dapat membantu mengurangi dampak perubahan ekonomi dan politik di AS terhadap ekonomi mereka sendiri.  Selain itu, negara-negara dapat mengurangi keterpaparan terhadap fluktuasi mata uang dan perubahan suku bunga, yang dapat membantu meningkatkan stabilitas ekonomi dan mengurangi risiko krisis keuangan.

Langkah ini telah mendapatkan kecepatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, Dana Moneter Internasional (IMF) mencatat bahwa bank sentral saat ini tidak memegang greenback sebagai cadangan dalam jumlah yang sama seperti sebelumnya.

"Bagian dolar dari cadangan devisa global turun di bawah 59 persen pada kuartal terakhir tahun lalu, memperpanjang penurunan dua dekade, menurut data Komposisi Mata Uang dari Cadangan Devisa Resmi IMF," ujar laporan First Post, Selasa (4/4/2023).

Hal yang mengejutkan adalah penurunan pangsa dolar tidak disertai dengan peningkatan saham pound sterling, yen dan euro. Sebaliknya, pergeseran dolar terjadi dalam dua arah yaitu seperempat  ke dalam renminbi Cina, dan tiga perempat ke dalam mata uang negara-negara kecil yang telah memainkan peran terbatas sebagai mata uang cadangan.

Untuk menghukum Rusia atas invasinya ke Ukraina, pemerintah barat membekukan cadangan mata uang asing Rusia tahun palu sebesar 300 miliar dolar AS, dan mengeluarkan bank-bank Rusia dari sistem pembayaran internasional Swift. Direktur Pelaksana platform investasi Bestinvest, Jason Hollands menjelaskan, “persenjataan” dolar telah mengguncang banyak negara dan bukan hanya Rusia.

“Negara-negara yang ingin terus berdagang dengan Rusia, seperti India dan Cina, telah mulai melakukannya dalam rupee dan yuan, memicu pembicaraan tentang de-dolarisasi tatanan perdagangan internasional," kata Hollands.

Hollands menambahkan, Brasil dan Cina sekarang saling berdagang dalam yuan, dan membantu menetapkan renminbi Cina sebagai mata uang internasional dan penantang dolar. India juga telah mencoba menjauh dari dolar.  

Baru-baru ini, 18 negara, termasuk Inggris Raya, Jerman, Rusia, dan bahkan Uni Emirat Arab, telah diberi izin untuk berdagang dalam mata uang rupee India.  Pada Februari, ekonom terkemuka Nouriel Roubini mengatakan, rupee India dari waktu ke waktu dapat menjadi salah satu mata uang cadangan global di dunia.

“Orang bisa melihat bagaimana rupee bisa menjadi beberapa perdagangan yang dilakukan India dengan negara-negara lain di dunia, terutama perdagangan Selatan-Selatan bisa menjadi kendaraan mata uang. Itu (rupee India) bisa menjadi satuan hitung, bisa menjadi alat pembayaran, bisa menjadi penyimpan nilai. Tentu saja, rupee dari waktu ke waktu bisa menjadi salah satu dari berbagai cadangan mata uang global di dunia," ujar Roubini.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler