Bensin dan Bahan Pokok Mulai Langka di Sudan
Hingga hari ini Bensin dan Bahan Pokok Mulai Langka di Sudan.
REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Muhammadiyah Sudan mengatakan, hingga Selasa (18/4/2023) masih terjadi baku tembak antara pasukan militer dengan paramiliter Rapid Support Forces (RSF). Rudal nyasar sempat mengenai salah satu rumah warga di daerah Makmuroh dan tiba tiba meledak.
PCI Muhammadiyah Sudan mengatakan, bensin mengalami kelangkaan sehingga banyak warga yang terpaksa berjalan kaki untuk memenuhi kebutuhan pokok. Beberapa pertokoan kecil menerapkan batasan pembelian kepada warga.
"Rantai pasok pangan dan air minum pada pertokoan di Kota Khartoum mengalami kelangkaan. WNI terpaksa berputar mencari pertokoan yang masih mempunyai stok yang diperlukan. Tentunya hal ini berimbas kepada naiknya harga di pasar," ujar pernyataan PCI Muhammadiyah Sudan dalam siaran pers, Selasa (18/4/2023).
Beberapa mahasiswi yang sedang mengungsi di aula muktamarat International University of Africa (IUA) terindikasi mengalami penyakit mental seperti duduk termenung lalu tiba tiba menangis, dan gemetar. Sementara jumlah mahasiswi sakit yang mengungsi di aula muktamarat semakin bertambah karena fasilitas yang minim.
KBRI Khartoum merilis surat imbauan terkait peningkatan eskalasi di Sudan. KBRI bersama PPI Sudan dalam melakukan pendataan WNI.
KBRI merilis status siaga 2 dan menetapkan jalur evakuasi. Dengan simulasi evaluasi jika telah mencapai siaga 1, maka WNI akan diungsikan keluar dari negara Sudan melalui tiga jalan, yaitu melalui jalur udara.
Kemudian jalur darat menuju Mesir, dan jalur darat menuju Jeddah. Untuk kesiapsiagaan setiap WNI diharapkan mempersiapkan ransel darurat yang berisikan dokumen penting dan barang yang dibutuhkan.
PCI Muhammadiyah Sudan melalui Lazismu Sudan terus mengupayakan bantuan logistik dan kebutuhan kepada WNI terutama Kader Persyarikatan yang terdampak.
PCI Muhammadiyah Sudan bersama lembaga lainnya telah membentuk tim Sudan Crisis Response. Beberapa kader Aisyiyah yang tinggal dekat dengan titik konflik memilih mengungsi ke tempat yang jauh lebih aman, karena berpotensi terkena dampak.