Dolar Menguat Seiring Meningkatnya Imbal Hasil Obligasi AS

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap 6 mata uang utama, naik 0,23 persen

ANTARA/Rivan Awal Lingga
Petugas menghitung uang dolar AS di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (21/7/2022). Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,23 persen menjadi 101,9695 pada akhir perdagangan.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dolar AS sedikit menguat terhadap sejumlahmata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (19/4/2023), terangkat kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS karena investor berbeda tentang pendapat Federal Reserve. Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,23 persen menjadi 101,9695 pada akhir perdagangan.

Baca Juga


Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0952 dolar AS dari 1,0973 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2438 dolar AS dari 1,2429 dolar AS pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 134,7260 yen Jepang, lebih tinggi dari 134,0580 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,8976 franc Swiss dari 0,8970 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3462 dolar Kanada dari 1,3392 dolar Kanada. Dolar AS meningkat menjadi 10,3451 krona Swedia dari 10,3073 krona Swedia.

Mortgage Bankers Association melaporkan Rabu (19/4/2023) bahwa untuk pekan yang berakhir 14 April, permohonan kredit kepemilikan rumah (hipotek) AS turun 8,8 persen dari satu minggu sebelumnya. Pembacaan sebelumnya adalah pertumbuhan minggu ke minggu sebesar 5,3 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS terus meningkat karena investor mencerna komentar hawkish pejabat Fed. Tingkat imbal hasil surat utang 2-tahun sempat mencapai 4,3 persen pada Rabu (19/4/2023) sementara tingkat imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun bertahan di atas 3,6 persen.

"Tapi keuntungan dolar adalah penangguhan hukuman sementara," kata Bipan Rai, kepala strategi valas Amerika Utara di CIBC Capital Markets di Toronto.

"Kami masih berpikir bahwa dalam jangka menengah hingga jangka panjang dolar akan terus berada di bawah tekanan yang cukup besar. Dan itu terkait dengan pandangan kami bahwa Fed mungkin akan menaikkan (suku bunga) sekali lagi dan hanya itu. "

Eurostat melaporkan Rabu (19/4/2023) bahwa indeks harmonisasi harga konsumen (HICP) zona euro meningkat 6,9 persen pada Maret secara tahun ke tahun, turun dari pertumbuhan 8,5 persen pada Februari. Ini sejalan dengan ekspektasi para ekonom. Tingkat inflasi tetap tinggi dan jauh di atas target Bank Sentral Eropa sebesar 2,0 persen.

Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan pada Rabu bahwa indeks harga konsumen (IHK) Inggris pada Maret meningkat 10,1 persen secara tahun ke tahun, turun dari pembacaan sebelumnya sebesar 10,4 persen. Para ekonom memperkirakan pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 9,8 persen.

Pertumbuhan tahun-ke-tahun indeks harga produsen (IHP) Inggris mendingin menjadi 7,6 persen pada Maret. Pembacaan sebelumnya direvisi menjadi 12,8 persen dari 12,7 persen. Para ekonom memperkirakan pembacaan 7,0 persen untuk Maret.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler