Bangladesh Mengalami Pemadaman Listrik Nasional karena Gelombang Panas
Suhu maksimum di Bangladesh melonjak menjadi 42,8 Celcius.
REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Bangladesh terpaksa memutus aliran listrik ke jutaan orang karena gelombang panas yang tiada henti telah menyebabkan lonjakan permintaan listrik. Hal ini mengakibatkan kekurangan pasokan listrik secara besar-besaran.
Penggunaan pompa irigasi yang lebih besar oleh petani dan peningkatan aktivitas komersial karena persiapan perayaan Idul Fitri telah berkontribusi pada peningkatan permintaan listrik. Kekurangan daya paling parah terjadi pada malam hari.
“Sulit bagi kami untuk tidur di malam hari tanpa listrik, dan lebih menyakitkan lagi setelah berpuasa seharian,” kata Munna Khan, seorang warga Kota Ashulia di pinggiran Ibu Kota, Dhaka.
Kota pelabuhan Chittagong, bersama dengan pusat produksi tekstil, farmasi, dan goni di Mymensingh, termasuk yang paling parah terkena dampak pemadaman listrik. Suhu maksimum rata-rata di Dhaka mencapai 6,5 persen lebih tinggi selama tujuh hari terakhir. Suhu maksimum melonjak menjadi 42,8 Celcius (109 Fahrenheit) pada Rabu (19/4/2023) di bagian barat negara itu.
“Orang-orang, terutama anak-anak dan orang tua, sangat menderita. Kami menyatakan simpati dan kesedihan yang tulus atas penderitaan yang tak terkira ini,” kata Menteri Energi Nasrul Hamid.
Kantor cuaca telah memperingatkan, gelombang panas tidak akan berakhir saat negara bersiap untuk liburan Idul Fitri akhir pekan ini. Pemadamam listrik juga telah merugikan para pedagang.
“Kami memperkirakan penjualan akan meningkat minggu ini, tetapi karena pemadaman listrik yang parah, hampir tidak ada pembeli,” kata Abdul Karim, seorang penjaga toko di Chittagong.
Pasokan listrik secara keseluruhan kurang dari permintaan sebesar 6,2 persen selama tujuh hari hingga Selasa (18/4/2023). Karena permintaan melonjak hampir 15 persen dibandingkan dengan tujuh hari sebelumnya.