Sejarah Alquran Seukuran Perangko di Albania
Alquran setebal satu sentimeter itu telah ada setidaknya sejak abad ke-19.
REPUBLIKA.CO.ID, TIRANA -- Sebelum menyentuh Alquran Mario Prushi dengan hati-hati selalau mencuci tangan dan wajahnya. Dia kemudian mencium dan menempelkan salah satu Alquran terkecil di dunia ke dahinya.
Dilansir di Digital Journal, Selasa (25/4/2023), selama beberapa generasi, Alquran seukuran prangko itu telah diwariskan dalam keluarganya yang selamat dari perang. Para ulama mengatakan itu adalah salah satu Alquran terkecil yang tercatat. Alquran yang sangat kecil itu disimpan di dalam kotak perak yang menghitam karena usia.
“Kami menjaganya dari generasi ke generasi dengan dedikasi mutlak,” kata Prushi (45 tahun) di rumahnya di Tirana.
Memiliki lebar dua sentimeter dan tebal satu sentimeter, Alquran itu hampir tak terlihat di telapak tangan Prushi, dan hanya dapat dibaca dengan kaca pembesar kecil yang tertanam di wadahnya.
Alquran mini ini sulit ditentukan usianya karena tidak adanya analisis ilmiah, tetapi menurut Elton Karaj seorang peneliti studi Alquran di Universitas Beder di Tirana, salinan setebal 900 halaman itu telah ada setidaknya sejak abad ke-19.
“Alquran ini dicetak dalam format yang sangat kecil, salah satu yang terkecil di dunia. Dari kemunculannya, penerbitannya dimulai pada akhir abad ke-19. Ini adalah karya yang luar biasa, sangat berharga. Beruntung salinan ini ada di Albania,” kata Karaj.
Tapi ukurannya bukan satu-satunya hal yang luar biasa tentang Alquran ini. Kita suci tersebut juga menjadi alasan yang mengubah keluarga Prushi dari Katolik menjadi Islam.
“Kakek buyut saya sedang menggali tanah untuk rumah baru di wilayah Djakovica di Kosovo ketika mereka menemukan jasad seorang pria yang diawetkan dengan sempurna terkubur di sana,” kata Prushi.
Alquran ditemukan utuh tergeletak di atas jantungnya. Keluarga menganggap penemuan itu sebagai tanda ilahi dan memeluk Islam.
Kakeknya, seorang perwira tentara Raja Zog Albania pada 1930-an, memahami bahasa Arab dan akan mengundang teman ke rumahnya setiap malam untuk membaca ayat-ayat darinya. Bertahun-tahun kemudian, di bawah kediktatoran komunis Enver Hoxha sepenuhnya melarang semua bentuk agama dan mengirim semua penganutnya ke penjara.
Meski demikian, Alquran itu bertahan sebagian karena dapat dengan mudah disembunyikan. “Seseorang memberi tahu polisi rahasia bahwa kami memiliki Alquran di rumah kami, tetapi itu sangat kecil sehingga ayah saya berhasil menyembunyikannya. Para agen memindahkan seluruh barang tanpa menemukannya,” kata Prushi.
Menyusul insiden tersebut, ayah Prushi, Skender, memutuskan mempercayakannya kepada teman-temannya di negara tetangga Kosovo setelah menyelundupkannya melintasi perbatasan yang disembunyikan di dalam truk penuh batu bara.
Dia memulihkannya hanya setelah perang di Kosovo pada 1999, di mana ia dikubur untuk menyelamatkannya dari pertempuran. Prushi kemudian mewarisi Alquran itu sesaat sebelum kematian ayahnya pada 2012.
Kitab kecil ini membawa begitu banyak cerita, berkah dan keajaiban. Dia sangat menyayanginya.
“Setiap kali saya menyentuhnya, saya tergerak. Ketika terjadi kesalahan atau ketika putri kami sakit, kami merasa tenang, kami tahu bahwa Alquran akan melindungi kami, itu adalah jimat yang nyata,” kata istri Prushi, Blerina.
Keluarga telah menerima banyak tawaran untuk menjualnya, termasuk dari museum. “Saya tidak pernah berpikir untuk menjualnya. Alquran ini milik keluarga kami dan akan selalu bersama kami," kata Prushi.