Bantahan Ketum Persis Terhadap Ajaran Al Zaytun Soal Shaf Perempuan di Depan
Pemuliaan perempuan bukan diukur dari posisi shaf.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PP Persatuan Islam (Persis) Dr KH Jeje Zaenudin menyampaikan pandangannya soal bentuk pemuliaan Islam terhadap perempuan. Persoalan ini mencuat usai petinggi Pesantren Al Zaytun beralasan penempatan perempuan di shaf pertama sholat bersama laki-laki adalah wujud memuliakan perempuan.
"Memaknai memuliakan dan tidak memuliakan itu tentu perlu parameter dan standar yang pasti dan disepakati. Jika parameter atau standarnya tidak jelas pasti penilaiannya juga tidak akan pernah jelas," kata dia kepada Republika.co.id, Sabtu (29/4/2023).
Jeje mencontohkan, wanita diwajibkan menutup aurat dengan berjilbab di hadapan publik laki-laki yang bukan muhrimnya. Pertanyaannya kemudian, apakah itu bentuk pemuliaan atau penghinaan?
"Bagi orang beriman, itu adalah bentuk pemuliaan perempuan yang Allah perintahkan sekaligus sebagai perlindungan dari perilaku rendah kaum laki-laki yang kurang bermoral," kata dia.
Namun, lanjut Jeje, bagi yang mempertuhankan kebebasan dan persamaan gender, tentu akan dianggap sebagai pembelengguan dan diskriminasi perempuan. Demikian pula, penempatan shaf perempuan di belakang laki-laki adalah cara Islam memuliakan perempuan dari pandangan maupun sikap kaum laki-laki yang tidak baik.
"Demikian juga menjaga kaum laki-laki dari pandangan, pikiran, dan sikap yang tidak patut selama menunaikan sholat yang menuntut kekhusyuan dan keikhlasan," tuturnya.
Karena itu, Jeje menekankan, pemuliaan dan perendahan martabat bukan hanya diukur dari posisi di depan atau di belakang shaf saat sholat jamaah. "Tetapi bagaimana tujuan untuk melindungi hak, kedudukan, peran, dan keselamatan mereka dapat terwujudkan dalam segala aspek kehidupan," ujarnya.
Dalam riwayat hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sebaik-baiknya shaf lelaki itu di shaf paling awal dan seburuk-buruknya shaf lelaki itu shaf paling akhir. Dan sebaik-baiknya shaf perempuan itu di akhir dan seburuk-buruknya shaf perempuan itu di paling awal. (HR Imam Muslim, Abu Dawud, Turmudzi dan Nasai)
Terhadap hadits tersebut, sebagian ulama berpendapat, shaf paling pertama menjadi buruk bagi perempuan adalah ketika sholat itu tidak menggunakan tirai yang memisah dan menghalangi pandangan dari jamaah pria. Sehingga jamaah perempuan bisa melihat langsung jamaah laki-laki terutama yang berada pada shaf paling belakang.
Begitupun sebaliknya, jamaah lelaki yang paling belakang bisa melihat jelas jamaah perempuan yang berada di shaf paling depan, apalagi bila jarak antara jamaah lelaki dan perempuan dekat. Demi kekhusyukan dan kenyamanan sholat, sebaiknya masjid menggunakan tirai atau pembatas yang menghalangi pandangan antara jamaah perempuan dan jamaah lelaki.