Rupiah Berpeluang Menguat Jelang Rilis Data Inflasi Domestik

Rupiah pada Senin (2/5/2023) pagi bertahan di posisi Rp 14.674 per dolar AS.

Prayogi/Republika.
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Rupiah pada Senin (2/5/2023) pagi bertahan di posisi Rp 14.674 per dolar AS
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan, berpeluang menguat menjelang rilis data inflasi Indonesia untuk April 2023. Rupiah pada Senin (2/5/2023) pagi bertahan di posisi Rp 14.674 per dolar AS sama dengan posisi pada penutupan perdagangan Jumat (28/4/2023).

Baca Juga


"Dolar AS agak terkoreksi pagi ini, namun saya melihat momentum penguatan rupiah masih kuat, apalagi data inflasi yang akan dirilis siang ini menunjukkan perlambatan pada harga," kata analis DCFX Futures Lukman Leong kepada Antara di Jakarta, Senin.

Data inflasi Indonesia bulan April diperkirakan akan lebih rendah, dan hal itu dapat mendukung pergerakan rupiah. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 14.600 per dolar AS sampai dengan Rp 14.750 per dolar AS.

Lukman menuturkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih kuat tahun ini dan imbal hasil obligasi yang relatif lebih tinggi menarik investor memburu Surat Berharga Negara (SBN) sehingga memberikan sentimen positif terhadap rupiah. Imbal hasil obligasi Indonesia tenor 10 tahun berada di level 6,516 persen.

Selain itu, pasar berekspektasi cadangan devisa Indonesia akan terus meningkat oleh rekor surplus perdagangan yang berkepanjangan dan didukung oleh revisi Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor.

Pada Jumat rupiah ditutup naik 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp 14.674 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.707 per dolar AS.

Sebelumnya, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan secara tahunan, tingkat inflasi di April 2023 diperkirakan mencapai 4,35 persen atau melemah dari 4,97 persen pada Maret 2023. "Namun, hal ini lebih dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi pada April 2022 di tengah pelonggaran aturan pembatasan COVID-19 selama Ramadhan, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan penyesuaian harga Pertamax," katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Jumat.

Mempertimbangkan empat bulan pertama tahun ini, inflasi year to date diperkirakan mencapai 1,03 persen atau lebih rendah dari 2,15 persen pada Januari-April 2022. "Kami perkirakan inflasi tahunan akan terus menurun, masih karena high base effect di tahun lalu," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler