Pengguna Remaja Meningkat, Australia akan Larang Penggunaan Vape Rekreasional
Vape akan dijual terbatas melalui apotek di Australia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Australia akan melarang penggunaan vape rekreasional seiring dengan semakin melonjaknya pengguna usia remaja. Nantinya, vape hanya akan dijual secara terbatas melalui apotek.
Vape rekreasional adalah vape yang digunakan untuk keperluan bersenang-senang. Vape ini biasanya hadir dalam bentuk sekali pakai dan memiliki beragam opsi rasa buah.
Selain melarang peredaran vape rekreasional, Australia juga akan melarang impor vape tanpa resep dokter dan membatasi kadar nikotin yang terdapat dalam vape. Di samping itu, vape yang dijual melalui apotek hanya akan tersedia untuk membantu orang-orang yang ingin berhenti merokok.
"Seperti yang mereka lakukan pada rokok, perusahaan-perusahaan besar di industri tembakau telah menghadirkan produk adiktif lain, membungkusnya dalam kemasan berkilau, dan menambahkan beragam rasa untuk menciptakan generasi kecanduan nikotin yang baru," jelas Menteri Kesehatan Mark Butler dalam National Press Club, seperti dikutip dari NBC News, Rabu (3/5/2023).
Vaping atau merokok vape kerap dipandang sebagai alternatif merokok konvensional yang lebih aman. Vape juga dianggap dapat membantu orang-orang berhenti merokok.
Namun, beragam studi menunjukkan adanya potensi bahaya jangka panjang dari penggunaan vape atau rokok elektrik. Oleh karena itu, Australia nantinya hanya akan memasarkan vape melalui apotek dan mengubah kemasan vape menjadi kemasan tipe farmasi.
Saat ini, pembelian vape bernikotin di Australia hanya bisa dilakukan dengan resep dokter. Namun, longgarnya penegakan hukum dan suburnya pasar ilegal membuat penjualan vape bernikotin ilegal cukup meluas di negara tersebut.
Salah satu produsen vape besar, Philip Morris, justru menyambut baik keputusan Australia dalam membatasi peredaran vape. Sejak awal, jelas juru bicara Philip Morris, penjualan produk vape bernikotin di toko-toko merupakan hal yang ilegal.
"Kami telah mendorong penegak hukum untuk melawan produk-produk ilegal ini selama beberapa tahun dan berharap itu akan terjadi sekarang," ujar juru bicara Philip Morris.
Para dokter di Australia juga mendukung keputusan pembatasan peredaran vape. Mereka bahkan meminta pemerintah untuk melakukan lebih banyak upaya demi menekan jumlah pengguna vape dari generasi muda.
Berdasarkan data tahun lalu, sekitar 22 persen warga Australia berusia 18-24 tahun menggunakan vape atau rokok elektrik setidaknya satu kali. Butler mengatakan, remaja dan orang-orang muda yang menggunakan vape memiliki berisiko tiga kali lebih besar untuk beralih ke rokok konvensional.
Munculnya rencana yang ketat terkait pembatasan vape ini bukanlah hal yang aneh di Australia. Seperti diketahui, Australia merupakan salah satu negara yang memiliki peraturan antirokok paling ketat di dunia.
Pada 2012, misalnya, Australia menjadi negara pertama yang melarang produsen rokok untuk memasarkan produk mereka dengan kemasan penuh warna. Hal ini membuat produk rokok dari berbagai merek dipasarkan dalam kemasan yang serupa.
Akan tetapi, Australia belum berencana untuk mengikuti jejak Selandia Baru yang melarang penjualan rokok untuk generasi-generasi masa depan. Yang mungkin akan dilakukan oleh Australia adalah menaikkan pajak tembakau hingga lima persen per tahun selama tiga tahun ke depan. Dengan kenaikan pajak ini, Australia berharap penjualan rokok di negaranya akan menurun.