SEA Games Makin tak Jelas, Cabor dan Atlet Suka-Suka karena Tuan Rumah Ingin Juara
Kamboja saat ini memuncaki daftar perolehan medali di SEA Games 2023.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Fitriyanto, jurnalis Republika.
JAKARTA -- Sejak dibuka Jumat (5/5/2023) lalu, Kamboja memimpin daftar perolehan medali sementara SEA Games 2023. Tuan rumah yang biasanya sekedar pelengkap di pesta olahraga Asia Tenggara, hingga Ahad (7/5/5/2023) malam berjaya dengan torehan 29 emas, 21 perak dan 21 perunggu (29-21-21).
Perolehan medali tuan rumah sejauh ini mengungguli Indonesia (16-10-29), Vietnam (15-19-27), Thailand (15-17-26), Filipina (14-20-18), Singapura (9-6-12), (Malaysia (6-10-13 ), Myanmar (5-1-19), Laos (3-5-18), Brunei (0-1-2) dan Timor Leste (0-0-2). Padahal sepanjang penyelenggaraan SEA Games sebelumnya, Kamboja selalu kesulitan hanya sekadar untuk menembus lima besar.
Hasil ini bisa dibilang "sesuai prediksi" di mana hampir setiap tuan rumah pasti akan unggul di awal-awal penyelenggaraan. Posisi ini bisa jadi terus dipertahankan hingga pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara ini usai. Tuan rumah seperti wajib keluar sebagai juara umum, karena sudah banyak mengeluarkan biaya.
Fenomena tuan rumah "wajib juara umum" yang penulis pernah alami dan meliput langsung adalah saat SEA Games 2003 digelar di Vietnam. Tuan rumah melonjak drastis dengan mendapatkan medali 158 emas 97 perak, dan 91 perunggu. Padahal sebelumya posisi empat dengan komposisi 33-35-64. Sedangkan tuan rumah sebelumnya Malaysia, yang di SEA Games 2001 juara umum (111-75-85), pada 2003 merosot ke posisi empat (44-42-49).
Penyebab melonjaknya Vietnam dan merosotnya Malaysia dengan sangat mencolok, menjadi salah satu bukti tuan rumah kebelet juara. Sehingga cabang olahraga (cabor) yang digelar dan memperebutkan banyak medali biasanya yang menguntungkan tuan rumah.
Saat di Vietnam 2003 lalu ada cabor pendulang medali tuan rumah. Namanya shuttlecock kicking atau Jianzi, olahraga tradisional asal China.
Seiring berjalannya waktu, tuan rumah makin menjadi-jadi, dengan memiliki hak istimewa memasukkan cabor. Semakin banyak cabang dan nomor pertandingan yang dimasukkan.
Saat ini di Kamboja ada cabor Chess Xiangqi, Chess Chaktrong, Kun Bukator, Kun Khmer, Dance Sports, Floor Ball, Teqbal, Obstacle Race. Nama terakhir ini mirip Ninja Warriors yang kerap ditayangkan di tv kita. Di perhelatan sebelumnya ada vovinam dan petanque. Sementara saat digelar di Indonesia, nomor silat dan dayung diperbanyak agar jumlah medali yang diperebutkan juga bertambah.
Jika juara umum didapat tuan rumah karena seenaknya saja memasukan cabor dan nomor pertandingan yang diikehendaki, apakah masih ada kebanggaan? Pertanyaan ini layak diajukan kepada para peserta.
Sudah saatnya pihak yang terkait dengan SEA Games memikirkan masa depan multi event dua tahunan yang memakan biaya tak sedikit ini.
Sudah sepatutnya, suatu ajang olahraga itu berjenjang, menjadikan ajang SEA Games sebagai persiapan menuju Asian Games dan puncaknya Olimpiade. Jadi, alangkah bijaknya jika cabor yang dipertandingkan hanya mengacu pada cabor-cabor yang dipertandingkan di Olimpiade. Jangan asal menggelar olahraga seenaknya karena tuan rumah. Seperti di Kamboja, cabor Olimpiade seperti panahan tidak dimainkan.
Pakar Manajemen Prestasi Olahraga Djoko Pekik mengakui hal ini. Menurut dia, semestinya SEA Games merupakan ajang multi event yang bertujuan untuk ikut memburu prestasi lebih tinggi. Sehingga harus sejalan penentuan cabornya dengan yang di atasnya seperti Asian Games dan Olimpiade. Namun, selama ini SEA Games terkesan suka-suka tuan rumah.
"Bangun sebuah sistem seperti Asian Games, olahraga wajibnya apa saja, walau ada hak istimewa tuan rumah tapi di Asian Games satu-dua cabor saja. Syukur bisa seperti oOlimpiade hanya 28 cabor yang kemudian di Olimpiade Jepang berkembang menjadi 33 cabor. Namun itu keputusan semua anggota IOC. Pihak terkait merumuskan regulasi penentuan cabor wajib seperti apa dari sisi peserta, juga batas minimal 8 negara dari 11 negara ASEAN yang ada," lanjutnya.
Atlet Pun Suka-suka, Tanpa Batasan Naturalisasi
Selain cabor yang suka-suka tuan rumah, kini banyak atlet naturalisasi. Untuk kasus ini sepengetahuan penulis, era 90-an sudah terjadi. Saat itu sejumlah atlet tenis meja Singapura banyak yang didatangkan dari China, sehingga negeri terkecil di Asia Tenggara ini mendominasi nomor tenis meja.
Namun naturalisasi makin merajalela di SEA Games 2023 dan hampir tak masuk di akal. Tuan rumah benar-benar memanfaatkan tidak adanya aturan pembatasan atlet naturalisasi. Kamboja menaturalisasi sejumlah atlet pada pengujung November 2022, hanya demi SEA Games 2023.
Yang sudah terlihat hasilnya adalah dari basket 3x3 putra Kamboja membuat kejutan dengan meraih medali emas di SEA Games 2023 usai di laga final mengalahkan Filipina dengan skor 20-15.
Pada ajang ini Kamboja tampil dengan pemain tiga naturalisasi mereka yakni Brandon Jerome Peterson, Darrinray Dorsey, dan Sayeedalkabir Pridgett. Hanya satu pemain yang merupakan asli dari Kamboja, yakni Tep Chhorath. Namun, ia jarang sekali dimainkan.
Tiga pemain itu juga nantinya akan main di basket 5x5 yang dipastikan akan mendongkrak kekuatan Kamboja. Padahal sebelumnya Kamboja selalu menjadi bulan-bulanan di cabang basket.
Di cabor Triatlon, Kamboja juga memakai pemain naturalisasi. Menurut manajer timnas Triatlon Indonesia Dika Chrisna Irzandi, Kamboja telah merekrut dua atlet baru asal Prancis yang telah pindah kewarganegaraan untuk tampil pada pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara edisi ke-32 tersebut. Mereka adalah atlet putra Mickael Choumond berusia 33 tahun dan atlet putri Margot Garabedian yang saat ini berusia 28 tahun. Nama terakhir menyumbang emas hari ini.
Dari cabang Judo, Kamboja juga akan diperkuat tiga atlet dari Ukraina. Ketiga atlet dari Ukraina ini, menurut informasi, bertarung memperebutkan tiga medali emas dalam edisi SEA Games kali ini.
Di cabang tinju pun tak jauh beda. Ada tiga petinju tuan rumah dari Kuba dan Uzbekistan. Hengky Silatang, manajer tinju Indonesia diSEA Games 2023 ketika dihubungi Republika.co.id, membenarkan adanya petinju tuan rumah yang merupakan atlet naturalisasi. "Iya betul, tapi fokus ke diri sendiri saja, kita siap tempur lawan siapa pun."
Pelatih Basket 3x3 Putra Fandi Andika Ramadhani terkena imbas langsung sejumlah pemain naturalisasi di basket yang tidak ada batasan. Sehingga dengan kekuatan pemain lokal, gagal meraih medali. Rama sapaan akrabnya kepada Republika.co.id berharap, ada aturan yang membatasi pemain naturalisasi.
"Iya, baiknya sih begitu ya (dibatasi) jadi ajang SEA Games benar-benar murni untuk pemain lokal yang bertanding. Tapi kan itu semua tergantung dari hosting atau penyelenggara," kata dia.
Djoko Pekik juga sepakat pembatasan pemain naturalisasi, "Bagus kalau dibatasi, jadi kita betul berkompetisi antara negara bukan cari menang semata dengan berbagai cara termasuk memperbanyak naturalisasi," pungkasnya.