Perhatikan Juga Kesehatan Mental Orang Tua

Kondisi kesehatan mental pada orang tua dapat berdampak besar pada anak-anak.

ANTARA/Ampelsa
Seorang pelajar berupaya menghibur temannya dalam kesediahan akibat mendapat perlakuan kurang baik dari rekannya dalam pementasan drama pendidikan memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia di MTsN-I Banda Aceh, Aceh. Isu kesehatan mental seharusnya sudah menjadi kepedulian masyarakat karena dampaknya yang besar terhadap kehidupan masyarakat dan negara/ilustrasi.
Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Isu kesehatan mental saat ini kerap digaungkan. Namun, isu ini tak hanya berlaku untuk anak-anak, tetapi juga bagi orang tua. Save the Children Indonesia meminta pemerintah untuk memprioritaskan isu kesehatan mental orang tua demi keselamatan anak.

Baca Juga


"Save the Children Indonesia mendesak pemerintah untuk memprioritaskan isu kesehatan mental orang tua dalam berbagai bentuk kegiatan secara nyata dan meningkatkan akses maupun kualitas layanan kesehatan mental bagi masyarakat, khususnya orang tua," kata Chief of Advocacy, Campaign, Communication and Media Save the Children Indonesia Troy Pantouw dalam keterangan, di Jakarta.

Menurutnya, kasus pembunuhan anak yang belakangan terjadi menunjukkan betapa pentingnya semua pihak memberi perhatian pada isu kesehatan mental orang tua.

"Kondisi kesehatan mental pada orang tua dapat berdampak besar pada anak-anak yang diasuhnya dan mempengaruhi perilaku serta kesejahteraan mereka," katanya.

Ia mengatakan dari kasus-kasus yang terjadi, orang tua merupakan pelaku kejahatan dimana seharusnya mereka menjadi orang terdekat yang melindungi anak dan yang paling dipercaya oleh anak.

"Tak jarang salah satu alasan utama pembunuhan karena faktor kemiskinan, ketidaksanggupan memberikan pengasuhan, dan paling buruk adalah anggapan orang tua bahwa membunuh untuk menyelamatkan anak," kata Troy Pantouw.

Beberapa studi terkait kekerasan pada anak dan kesehatan mental, kata dia, membuktikan bahwa orang tua yang semasa kecilnya mengalami kekerasan dalam pengasuhan memiliki potensi untuk melakukan pengulangan dalam pengasuhan dengan kekerasan pada anaknya, bahkan berpotensi memiliki gangguan kesehatan mental saat ia dewasa, terutama ketika tidak pernah mendapatkan bantuan layanan profesional.

Data World Health Organization 2021 menjelaskan 10 hingga 20 persen anak dan remaja di seluruh dunia mengalami kondisi permasalahan terkait kesehatan mental, 50 persen diantaranya dimulai sejak usia 14 tahun dan 75 persen dimulai pada usia pertengahan 20-an.

Selain itu, kata dia, satu dari empat anak saat ini tinggal bersama orang tua yang memiliki kondisi mental yang serius.

Hal ini, kata Troy Pantouw, menunjukkan bahwa kurangnya layanan MHPSS (Mental Health and Psychosocial Support/ Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial) bagi orang tua dapat berdampak serius pada perlindungan, kesehatan, dan kesejahteraan anak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler