Pemberitaan Al Zaytun Ramai Lagi, Siapa yang Berkepentingan?
Banyak masyarakat yang bertanya kepada MUI tentang Pesantren Al Zaytun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesantren Al Zaytun di Indramayu sudah berkali-kali melakukan kontroversi dalam paham dan praktik keagamaan. Karena itu, pada 2002 tim peneliti MUI pun mencoba mengungkap dugaan penyimpangan Al Zaytun.
Namun, hasil penelitian MUI kala itu tidak ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait. Setelah itu, Pesantren Al Zaytun terus mengalami perkembangan.
Pada 2011, pemberitaan tentang Al Zaytun pun ramai lagi lantaran diduga terkait dengan Negara Islam Indonesia (NII). Namun, pada saat itu Kementerian Agama Indonesia menyatakan, tidak ditemukan indikasi yang mengkaitkan Al Zaytun dengan jaringan NII, seperti yang dituduhkan oleh berbagai pihak
Setelah bertahun-tahun kemudian, kini pemberitaan tentang Al Zaytun pun ramai lagi setelah membuat kontroversi dalam praktik sholat Idul Fitri yang menampilkan perempuan di shaf paling depan.
Lalu siapa yang berkepentingan dengan memunculkan kembali kontroversi Al Zaytun kali ini? Ketua MUI Bidang Pengkajian dan Penelitian Prof Utang Ranuwijaya juga tidak mengetahui siapa yang berkepentingan dengan kontroversi yang dibuat Al Zaytun kali ini.
"Sekarang-sekarang ini saya tidak tahu siapa yang berkepetingan untuk memunculkan ini," ujar Prof Utang kepada Republika.co.id, Rabu (10/5/2023).
Namun, menurut Prof Utang, dengan kontroversi yang dibuat Al Zaytun, akhirnya banyak masyarakat atau ormas Islam yang bertanya kepada MUI tentang pesantren yang dipimpin Panji Gumilang tersebut.
"Apa memang ini karena orang mengambil kesempatan ketika suasana sedang menghadapi Pemilu? Saya tidak tahu maksudnya, tapi kemudian ternyata muncul sekarang ada video-video yg berkembang, yang beredar di masyarakat, dan itu kemudian banyak bertanya ke MUI," ucap Prof Utang.
Dengan banyaknya masyarakat yang bertanya kepada MUI tentang Al Zaytun, maka MUI pun kini telah membentuk tim baru untuk meneliti dan menggali tentang ajaran Islam yang dikembangkan Al Zaytun. Tim tersebut dibentuk pada rapat pimpinan MUI yang digelar pada Selasa (2/5/2023) lalu.
Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI menjadi leading sector dari tim peneliti tersebut. Menurut Prof Utang, tim khusus ini juga merupakan gabungan dari beberapa komisi dan lembaga, seperti dari Komisi Fatwa MUI, Komisi Infokom MUI, Lembaga Dakwah Khusus (LDK) MUI, Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman (LPBKI) MUI, serta pimpinan MUI Jawa Barat dan MUI Indramayu.