Beres Liburan Diserang Sakit? Ini Tips Mengatasainya
Beri tubuh satu atau dua hari untuk menyesuaikan ke ritme sebelum liburan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otak dan tubuh manusia tidak dirancang untuk terus bekerja. Seseorang membutuhkan istirahat agar dapat berfungsi optimal. Nyatanya, liburan bisa menurunkan tingkat stres, risiko penyakit jantung yang lebih kecil, pandangan hidup yang lebih baik, dan lebih banyak motivasi untuk mencapai tujuan.
Menurut siaran pers Good Doctor yang disiarkan Antara, dalam dunia kerja, manfaat liburan bagi karyawan telah diakui oleh para profesional sumber daya manusia. Survei yang dilakukan asosiasi global untuk manajemen sumber daya manusia SHRM menunjukkan bahwa sekitar 90 persen profesional sumber daya manusia mengakui bahwa liburan berkaitan erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan karyawan seperti performa, moral, kesehatan, budaya positif, produktivitas, daya ingat, dan kreativitas.
Lebih dari 75 persen para profesional itu juga sangat setuju bahwa karyawan yang banyak berlibur atau mengambil seluruh cutinya akan mengalami tingkat kepuasan kerja lebih tinggi, lebih produktif, dan menunjukkan performa lebih baik daripada yang sedikit berlibur.
"Namun, usai liburan juga ada sejumlah penyakit dan ketidaknyamanan yang menghampiri sehingga kita tidak bersemangat untuk kembali bekerja," kata VP of Medical Operations PT Good Doctor Technology Indonesia, dr Ega Bonar Bastari.
Setelah masa liburan usai, tidak jarang kita menghadapi kelelahan, kenaikan berat badan, masalah kulit, serta penyakit-penyakit lain yang rawan muncul atau diderita setelah liburan. Kelelahan usai libur panjang biasanya disebabkan kurang tidur atau pola tidur yang berubah. Kita memaksimalkan waktu liburan dengan melakukan begitu banyak aktivitas sehingga mengurangi waktu istirahat, katanya.
Sejumlah penyakit yang datang usai liburan antara lain adalah:
1. Leisure sickness
Leisure sickness adalah kondisi atau gejala sakit yang akan muncul saat akhir pekan atau saat liburan tiba. Kondisi ini lebih umum terjadi pada pria (3,6 persen) dibandingkan pada wanita (2,7 persen) dengan gejala yang dimulai pada satu hari hingga dua hari setelah liburan atau tidak lama setelah peristiwa penting yang mengubah hidup seperti pernikahan, kelahiran seorang anak, memulai pekerjaan baru, dan menyelesaikan ujian sekolah atau universitas.
2. Gangguan cerna
Gangguan pencernaan terjadi karena perubahan pola makan dan tidak memperhatikan kebersihan makanan di tempat liburan. Liburan menggunakan pesawat juga dapat menimbulkan gangguan pencernaan karena penerbangan dapat menyebabkan dehidrasi, memperlambat kecepatan pergerakan makanan melalui usus, dan menyebabkan sembelit saat tiba di lokasi liburan.
3. Migrain
Migrain disebabkan oleh terlalu lama terpapar sinar matahari, melewatkan jam makan, tidak minum cukup cairan, dan pola tidur berantakan. Untuk menghindarinya, sebisa mungkin Anda tetap mempertahankan pola hidup yang sama setiap hari, bahkan selama perjalanan jauh. Bangun pada waktu yang hampir bersamaan, makan secara teratur karena gula darah rendah dapat menyebabkan sakit kepala, dan minum dua hingga tiga liter air kemasan sehari untuk mencegah dehidrasi.
4. Pilek
Pilek disebabkan AC di pesawat dan hotel dapat mengekstraksi kelembapan dari udara dan menyebabkan lapisan lendir di dalam hidung mengering. Padahal, lapisan lendir ini berfungsi untuk melindungi dari infeksi. Udara yang lebih dingin dapat membantu virus berkembang biak.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam masa transisi dari liburan kembali ke rutinitas, menurut dr Ega di antaranya adalah membiarkan satu atau dua hari untuk menyesuaikan antara kembali dari liburan dan mulai kembali bekerja.
Upayakan untuk kembali ke jadwal tidur sebelum berlibur, merencanakan kegiatan rekreasi atau sosial yang menyenangkan, menerapkan rutinitas yang positif sehingga dapat mulai bekerja dengan tenang.
"Selain itu, lakukan aktivitas fisik secara teratur dan berlatih teknik relaksasi, seperti meditasi."