Ikapi: Tutupnya Toko Buku Gunung Agung Musibah Besar Bagi Dunia Perbukuan
Ikapi melihat toko buku Gunung Agung sudah alami penurunan penjualan buku.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Arys Hilman Nugraha, melihat tutupnya seluruh gerai Toko Buku Gunung Agung sebagai musibah besar bagi dunia perbukuan. Dia mengatakan, jaringan toko yang sudah berjalan selama 70 tahun itu berdiri dengan keterlibatan pendiri bangsa.
"Tentu saja kita harus berduka. Ini adalah sebuah musibah besar bagi dunia perbukuan. Kita tahu ini bukan sembarang toko," ujar Arys kepada Republika.co.id, Senin (22/5/2023).
Arys menjelaskan, Toko Buku Gunung Agung merupakan jaringan toko buku yang berdiri tidak hanya karena peran pengusaha biasa, tetapi juga peran pendiri bangsa, di antaranya adalah Hatta. Menurut Arys, para pendiri bangsa kala itu sadar, buku adalah sesuatu yang sangat penting yang tak dapat dipisahkan dari sejarah suatu bangsa.
"Mungkin orang tidak tahu di situ ada tokoh-tokoh seperti Bung Hatta yang terlibat di dalamnya sejak awal. Kita tahu Bung Hatta adalah orang yang sangat mencintai buku dan dia mendirikan bangsa kita ini juga dengan kecintaan dia terhadap buku," jelas dia.
Dia juga menyampaikan, Ikapi melihat jaringan gerai Toko Buku Gunung Agung memang sudah mengalami penurunan penjualan buku dalam kurun waktu yang cukup lama. Bahkan, penurunan penjualan buku di sana terjadi bertahun-tahun yang lalu sebelum pandemi Covid-19 melanda.
"Kita tahu pada saat itu mereka sudah menutup beberapa toko di beberapa kota. Jadi yang tahun ini sebenarnya adalah yang terakhir, sisa-sisa yang masih ada yang juga akan ditutup," kata Arys.
Rencana penutupan seluruh gerai Toko Buku Gunung Agung menjadi perbincangan publik belakangan ini. Ada memori-memori yang dibagikan masyarakat di dunia maya terkait keberadaan toko buku yang berdiri pada 1953 itu, ada pula polemik ketenagakerjaan yang timbul dari keputusan penutupan seluruh gerai tersebut.
Dengan tutupnya Toko Buku Gunung Agung pada akhir 2023 ini, maka perjalanan bisnis perbukuan yang dimulai oleh Tjio Wie Tay itu harus terhenti di tahun ke-70. Banyak sudah lika-liku yang dilalui oleh pria yang juga dikenal sebagai Haji Masagung itu dan penerusnya dalam menjalankan usaha tersebut.