Pemerintah Kecewa Pelepasan Saham Shell di Blok Masela Lambat

Pemerintah akan berkunjung ke Masela untuk mengevaluasi plan of development.

Bernd Wuestneck/dpa via AP
Ilustrasi kilang minyak lepas pantai. Pemerintah mengaku kecewa lantaran proses pelepasan hak partisipasi pengelolaan Shell di proyek Kilang Gas Alam Cair (LNG) Abadi Blok Masela berjalan alot.
Rep: Dedy Darmawan Nasution Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengaku kecewa lantaran proses pelepasan hak partisipasi pengelolaan Shell di proyek Kilang Gas Alam Cair (LNG) Abadi Blok Masela berjalan alot. Padahal, perusahaan migas kakap asal Inggris itu telah menjadi mitra pemerintah dalam pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sejak lama.

Baca Juga


Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, menilai proses negosiasi akuisisi saham Shell oleh PT Pertamina (Persero) berjalan cukup lama. Pemerintah merasa kecewa negosiasi yang alot membuat proyek itu jadi terhambat.

"Masela itu agak lama, jadi pemerintah kehilangan kesempatannya. Akhirnya Pak Menteri ESDM (Arifin Tasrif) menyampaikan kecewa lah. Jadi kami mau tindaklanjuti," kata Tutuka saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (23/5/2023).

Tutuka menuturkan, melihat proses pelepasan saham yang tak kunjung tuntas, pemerintah akan berkunjung langsung untuk mengevaluasi Plan of Development (PoD) Blok Masela.

"Kita akan lihat PoD-nya, bagaimana kok bisa lama sekali seperti itu. Saya tidak bisa menyatakan angka sepenuhnya (yang ditawarkan) tapi pemerintah ya kecewa kok terlalu lama," katanya.

 

Diketahui, Shell menyatakan ingin hengkang dari proyek abadi itu sejak 2020 lalu. Pertamina sebagai kepanjangan pemerintah lantas maju untuk menggantikan Shell dan membentuk konsorsium baru bersama Inpex Corporation sebagai pemegang 65 persen saham Masela.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menyebut proses akuisisi saham Shell oleh PT Pertamina (Persero) di proyek gas Lapangan Abadi, Blok Masela berjalan alot lantaran belum adanya kesepakatan besaran dana yang harus dikeluarkan Pertamina

"Masih dalam proses negosiasi, ya agak alot. Mestinya Shell dia lebih mengerti karena sejarahnya Shell di Indonesia sudah lama, dia (dapat manfaat) sudah banyak," kata Arifin.

Arifin kembali menjelaskan, pemerintah mendorong Pertamina untuk mengakuisisi saham Shell karena Indonesia harus melakukan transisi energi dari batu bara ke gas bersih. Di saat bersamaan, permintaan terhadap gas juga demikian meningkat.

 

Sebelumnya, Arifin juga menuturkan, akusisi saham Shell di Blok Masela akan dilakukan secara mandiri oleh Pertamina. Namun setelahnya, Pertamina akan menggandeng mitra perusahaan migas internasional lain. Diketahui, perusahaan internasional yang akan digandeng Pertamina yakni Petroliam Nasional Berhad (Petronas) dari Malaysia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler