Jelang Pemilu Turki Putaran Kedua, Beredar Video Game Antipengungsi Suriah
Video game tersebut diduga disebarkan oleh kelompok oposisi Turki.
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Gacrux Game Studio meluncurkan permainan video game Zafer Tourism. Nama permainan ini diambil dari nama Partai Zafer (Partai Kemenangan) Turki yang anti-imigran.
Video game yang tersedia di smartphone ini, melempar pengungsi yang mencoba memasuki sebuah negara tertentu. Pengungsi ini dimasukkan ke dalam truk dan membawa mereka kembali ke negara asalnya.
"Lindungi perbatasan Anda, jangan biarkan mereka lewat, fokus pada target dan pergi, serahkan sisanya ke truk. Jalankan para pengungsi dengan truk sebelum mereka melintasi perbatasan, lempar mereka ke udara, dan terus berusaha untuk menghentikan mereka melintasi perbatasan.
Jangan biarkan mereka menduduki negara dan melindungi bendera Anda," ujar deskripsi permainan video game itu, dilaporkan Middle East Monitor, Kamis (25/5/2023).
Pemain mendapatkan poin untuk setiap pengungsi yang mereka lempar ke arah truk. Jika mereka memutuskan untuk memasukkan pengungsi ke perbatasan, maka bendera negara mereka berubah menjadi bendera pengungsi. Hal ini menandakan bahwa pengungsi tersebut mengubah identitas negara.
Sumber mencatat, pemain kehilangan semua poin mereka jika sejumlah pengungsi diizinkan masuk. Dalam permainan video game ini, tidak mengidentifikasi negara yang dimaksud. Namun permainan video game ini persis dengan kampanye kandidat capres dari kubur oposisi Turki, Kemal Kilicdaroglu yang berjanji akan memulangkan semua pengungsi Suriah, jika terpilih menjadi presiden dalam pemilu putaran kedua pada Ahad (28/5/2023) mendatang.
"Kami sedang dalam proses mengajukan gugatan bekerja sama dengan organisasi hak asasi manusia terhadap Partai (Kemenangan) dan pemimpinnya," ujar aktivis hak asasi manusia untuk masalah suaka Suriah, Taha Al-Ghazi, mengatakan kepada Al-Quds Al-Arabi.
"Permainan (video game)/ini merupakan tahap lanjut dari perilaku kebencian terhadap pengungsi, dan bahayanya adalah menyasar pemuda Turki, sehingga menimbulkan perasaan bermusuhan terhadap pengungsi," kata Al-Ghazi.
Pemimpin Partai Kemenangan Turki yang anti-imigran pada Rabu (24/5/2023) mendukung kandidat presiden oposisi Kemal Kilicdaroglu. Hal ini berpotensi meningkatkan dukungan suara karena Kilicdaroglu bertekad mengalahkan Presiden Tayyip Erdogan dalam pemilu Turki putaran kedua pada 28 Mei.
Ketua Partai Kemenangan, Umit Ozdag menerima 2,2 persen dukungan dalam pemungutan suara parlemen pada 14 Mei. Ozdag mendesak para pendukung Partai Kemenangan untuk mendukung Kilicdaroglu dalam pemilu putaran kedua.
"Kami telah memutuskan untuk mendukung Kilicdaroglu di putaran kedua pemilihan presiden," kata Ozdag dalam konferensi pers di Ankara bersama Kilicdaroglu.
Dukungan tersebut dapat mengimbangi dukungan yang diterima Erdogan dari kandidat capres urutan ketiga Sinan Ogan dari aliansi sayap kanan yang dipimpin oleh Partai Kemenangan. Dalam pemilu putaran pertama Ogan berada di urutan ketiga dengan 5,2 persen suara di belakang Erdogan dengan 49,5 persen suara, dan Kilicdaroglu dengan 44,9 persen suara.
Ozdag mengatakan, partainya dan Kilicdaroglu menyetujui rencana untuk memulangkan migran dalam waktu satu tahun sesuai dengan hukum internasional dan hak asasi manusia. Ozdag mengatakan, dia mengadakan pembicaraan serupa dengan Partai AK yang dipimpin Erdogan. Tetapi Ozdag memutuskan untuk tidak mendukung Partai AK karena rencana mereka tidak melibatkan pemulangan migran.
Pekan lalu, Kilicdaroglu, yang merupakan ketua Partai Rakyat Republik (CHP) dan kandidat dari aliansi enam partai, mempertajam nadanya dan berjanji untuk memulangkan semua migran setelah terpilih. Turki adalah tuan rumah pengungsi terbesar di dunia. Turki menampung sekitar 5 juta migran, 3,3 juta di antaranya adalah warga Suriah. Jika oposisi menang, Ozdag akan diangkat menjadi menteri dalam negeri.