Mengenal Infeksi Virus Mematikan Powassan: Langka dan Menular dari Kutu
Infeksi virus powassan juga bisa menyebabkan kematian pada manusia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus infeksi virus powassan memang terbilang langka. Namun berdasarkan data dari Yale Medicine, kasus infeksi virus powassan mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Infeksi virus powassan juga bisa menyebabkan kematian pada manusia. Tingkat kematian pada kasus infeksi virus powassan mencapai 10 persen, menurut Organisasi Lyme Disease.
Salah satu kasus infeksi virus powassan terbaru telah terdeteksi di Maine, Amerika Serikat. Pasien bernama Robert Weymouth tertular virus powassan setelah tergigit oleh kutu.
Pria berusia 58 tahun tersebut sempat menunjukkan gejala-gejala neurologis dan dilarikan ke rumah sakit. Naas, nyawa Weymouth tak bisa diselamatkan.
"Dia di sana, tapi dia tak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia bisa menunjuk kata-kata pada papan (sebelum meninggal). Dia menunjuk kata takut, khawatir, dan frustrasi," ujar sang istri, Annemarie Weymouth, seperti dilansir WebMD.
Infeksi virus powassan terbilang langka namun belum bisa diobati. Masa inkubasi infeksi virus powassan adalah sekitar satu pekan hingga satu bulan.
"Tak ada obat, selain penunjang umum bagi individu yang mengalami penyakit ini," ujar ahli imunologi Johns Hopkins School of Public Health, dr Nicole Baumgarth.
Gejala awal yang kerap muncul menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat (AS) adalah demam, sakit kepala, lemah otot, leher kaku, mual, dan muntah. Ketika berkembang menjadi lebih berat, virus powassan bisa menyebabkan infeksi pada otak yang dikenal dengan nama ensefalitis atau infeksi pada membran di sekitar otak dan saraf tulang belakang atau meningitis.
Dr Baumgarth mengatakan, kondisi paling serius terkait infeksi virus powassan adalah ensefalitis. Tingkat kematian pada kasus infeksi virus powassan yang telah berkembang menjadi ensefalitis adalah 10-30 persen. Akan tetapi, tak semua orang yang terinfeksi virus powassan akan mengalami kondisi berat tersebut.
"Ini memang sedikit menakutkan, tapi ini adalah penyakit langka," kata dr Baumgarth.
Ada beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat, khususnya yang ada berdomisili di area berumput atau penuh pepohonan. Salah satunya adalah menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang. Selain itu, masyarakat juga dianjurkan untuk memasukkan ujung celana panjang mereka ke dalam kaus kaki.
Anjuran lainnya adalah menggunakan pakaian berwarna cerah, sehingga keberadaan kutu bisa mudah dikenali. Bila melihat kutu, segera singkirkan kutu tersebut dari pakaian. Semprotan anti kutu, seperti permethrin, dapat diaplikasikan pada pakaian.
Masyarakat yang baru pulang dari mendaki gunung disarankan pula untuk segera mencuci pakaian mereka dan menjemurnya di bawah cuaca terik. Akan lebih baik bila pakaian dikeringkan di dalam mesin pengering pakaian bersuhu panas. Jangan lupa untuk selalu mandi setelah beraktivitas di luar rumah.
Dilansir laman New York Post, Selasa (30/5/2023), dokter memperingatkan bahwa kutu menyebarkan virus powassan dengan cepat yang menyebabkan penyakit tidak banyak diketahui dan dapat mematikan. Menurut CDC, kasus tersebut di AS meningkat dengan cepat. Pada 2015, hanya ada enam kasus powassan di AS, namun bertambah menjadi 39 kasus yang memecahkan rekor dilaporkan pada 2019.
Powassan dinilai sangat mengkhawatirkan karena kemudahan penyebaran penyakit. Kutu yang menempel pada manusia membutuhkan waktu 36 hingga 48 jam untuk mentransfer penyakit Lyme, tetapi dapat mentransfer virus powassan hanya dalam 15 menit.
Orang dengan virus powassan tidak selalu menunjukkan gejala. Jika ya, gejalanya mirip flu seperti demam, sakit kepala, atau muntah dapat muncul satu pekan hingga satu bulan setelah pasien digigit. Gejala yang lebih serius dapat mencakup peradangan otak atau tulang belakang, kebingungan, kejang, dan kesulitan berbicara dan koordinasi.