Bila Gagal Gaet Produsen Mobil Listrik Sekarang, RI Hanya Jadi Pasar
Pada tahun lalu, pangsa pasar penjualan EV dunia telah mencapai 14 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia mengaku tengah berupaya keras mendatangkan investasi dari berbagai produsen mobil listrik dunia untuk membangun pabriknya di Tanah Air. Pasalnya, seluruh negara, terutama ASEAN, tengah bersaing ketat untuk bisa membangun pabrik agar menjadi negara produsen.
Deputi Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Kemaritiman dan Investasi, Rachmat Kaimuddin, mengungkapkan kekhawatirannya bila Indonesia gagal memperoleh investasi itu. Sebab, ketika permintaan terhadap kendaraan listrik telah besar, Indonesia hanya menjadi pasar bagi negara lain yang telah membangun pabriknya.
Ia mengungkapkan, dengan perkembangan pesat pasar kendaraan listrik di dunia yang diiringi oleh kebutuhan serta potensi pasar dan sumber daya yang besar, Indonesia dihadapkan pada kesempatan emas untuk menjadi mitra global perusahaan mobil listrik kelas dunia.
“Namun, golden opportunity ini tidak akan ada selamanya karena negara-negara lain juga menyebarkan karpet merah dan kita harus bersaing dengan mereka untuk menarik para pemain ini. Jika gagal, kita hanya menjadi pasar dan bukan produsen," kata Rachmat dalam sebuah diskusi panel di Jakarta, Rabu (1/6/2023) malam.
Kaimuddin juga mengurai upaya Pemerintah Indonesia untuk menarik pemain raksasa global EV ke Indonesia. Pemerintah telah menjalin hubungan dengan beberapa pemain raksasa yang setengah dari produksi global.
Agar tak tertinggal di kawasan, Indonesia telah menerbitkan program bantuan pemerintah untuk pembelian sepeda motor listrik dan insentif PPN ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian mobil dan bis listrik (BEV) dalam rangka meningkatkan keterjangkauan harga EV yang memenuhi syarat tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Menurut studi Bloomberg Energy Forum, tahun lalu pangsa pasar penjualan EV dunia telah mencapai 14 persen. Angka ini melampaui ambang batas 10 persen yang merupakan tipping point atau titik kritis pertumbuhan pasar EV eksponensial. Titik kritis biasanya menunjukan lonjakan pertumbuhan yang besar untuk periode ke depan.
Managing Director dan Senior Partner BCG Yulius mengatakan, saat ini sudah banyak negara maju dan berkembang yang telah memberikan kebijakan insentif terkait kendaraan listrik dengan harapan bisa menjadi produser kendaraan listrik di negaranya.
Yulius menambahkan, bawah industri otomotif saat ini sedang mengalami transformasi generational opportunity yang datang sekali dalam waktu tiga puluh tahun di mana produsen mobil sedang melakukan pergantian radikal jenis bahan bakar otomotif.
“Banyak negara berlomba-lomba untuk mengundang OEM (original equipment manufacturer) untuk membangun industri di negara mereka karena kalau tidak dipilih sebagai yang pertama, mungkin akan menunggu 5-10 tahun ke depan,” ujarnya.