Spider-Man Baru Ada Muatan LGBT, Cari Tontonan Lain Kalau tak Siap Diskusi Bareng Anak
Spider-Man: Across the Spider-Verse juga menampilkan dukungan untuk anak trans.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kampanye lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kerap kali diselipkan dalam karya film laris hingga game online, entah itu secara sepintas ataupun terang-terangan. Terbaru, film Spider-Man: Across the Spider-Verse yang memuat dukungan untuk anak trans lewat tampilan bendera di kamar karakter Gwen Stacy selama tiga detik.
Psikolog pendidikan anak dan remaja, Alfa Restu Mardhika, mengingatkan orang tua harus lebih berhati-hati dengan aktivitas anak di ponsel, termasuk tontonan dan game online. Ketika anak hendak menonton film, pastikan itu sudah sesuai kategori usianya dan bebas dari konten LGBT dan muatan negatif lainnya.
Jika film yang ditonton bermuatan LGBT, orang tua memang bisa membuka ruang diskusi dengan anak sesuai tahapan umur. Hanya saja, apabila orang tua merasa belum siap, sebaiknya cari film yang lain saja.
"Mendingan cari film lain kalau emang kita masih belum siap mendiskusikannya dengan anak," kata Alfa dari Insight Psikologi di Jakarta Timur.
Menurut Alfa, terkadang orang tua tidak menyadari konten film yang ditonton anak itu betul-betul sesuai dengan umur anak atau tidak. Sering kali, film dilabeli untuk semua umur, tapi juga masih ada adegan kekerasan atau ciuman.
"Penting memperhatikan konten-konten yang kerap ditonton anak, tidak hanya di bioskop, tetapi juga di gawai," ujar Alfa.
Saat ini, sudah banyak game online yang menunjukan tokoh atau diselipkan muatan konten berbau LGBT. Kadang, diselipkan pula foto-foto porno di game yang dimainkan anak.
Alfa mengingatkan, tanpa pendampingan, anak bisa menganggap hal berbau LGBT sedang menjadi tren, sehingga mereka ikut-ikutan tanpa memahami lebih jauh artinya. Andaikan ada hal atau perilaku anak yang mengarah ke sana maka orang tua perlu cepat-cepat membuat ruang diskusi dan meluruskan kepada anak.
"Buka ruang diskusi, maksudnya tidak berarti bilang serbajangan, bisa juga bawa ke psikolog," kata Alfa.
Alfa mengatakan saat ini kesadaran untuk konsultasi ke psikolog juga mulai meningkat dibandingkan zaman dulu. Sebetulnya, konsultasi dengan psikolog juga tidak harus menunggu ada gangguan mental terlebih dulu.