Turki: Swedia Bisa Jadi Anggota NATO Jika Penuhi Komitmen
Setelah terjadi perang Rusia di Ukraina, Swedia berusaha bergabung dengan NATO.
REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Menteri Pertahanan Turki Yasar Guler mengatakan pada Sabtu (17/6/2023) bahwa Swedia dapat menjadi anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) seperti Finlandia, jika negara itu memenuhi komitmen memerangi teroris.
Guler menunjukkan dukungannya bagi kebijakan "pintu terbuka" aliansi militer tersebut saat bertemu wartawan di Brussels setelah pertemuan menteri-menteri pertahanan NATO.
Setelah terjadi perang Rusia di Ukraina, Swedia berusaha bergabung dengan NATO. Namun, Turki yang menjadi anggota selama 70 tahun, menolak permohonan negara Nordik tersebut karena khawatir, terutama atas kehadiran organisasi teroris PKK di Swedia.
Sebelumnya, pada tahun ini Turki telah meratifikasi permohonan Finlandia untuk bergabung dengan NATO, tetapi menangguhkan permohonan Swedia.
Ketika ditanya untuk mengevaluasi partisipasi dalam pertemuan menteri-menteri pertahanan untuk pertama kalinya, Guler mengatakan bahwa persiapan untuk konferensi NATO selanjutnya akan dibahas selama pertemuan itu.
Para pemimpin NATO akan bertemu di ibukota Lithuania, Vilnius pada 11-12 Juli dan para sekutu diharapkan untuk mendukung Ukraina dalam jangka panjang untuk memperkuat pencegahan dan pertahanan.
"Kami sekali lagi, menunjukkan dukungan kemi terhadap integritas, kemerdekaan dan kedaulatan wilayah Ukraina, termasuk Krimea," kata Guler.
"Kami juga menekankan perlunya penghentian segera permusuhan dan pembentukan gencatan senjata untuk mencegah kehancuran dan tragedi kemanusiaan lebih lanjut," lanjut Guler.
Guler juga mengatakan bahwa NATO menekankan pentingnya diplomasi dan siap memainkan peranan dalam hal ini dan dalam bantuan kemanusiaan, seperti yang telah dilakukan selama ini.
Guler mengatakan bahwa dalam kerangka kerja inisiatif Biji-bijian Laut Hitam, yang ditengahi oleh Turki untuk mengatasi krisis makanan global, sekitar 32 juta ton biji-bijian dikirimkan dari pelabuhan Ukraina menuju pasar global oleh ribuan kapal.
Dia menekankan pentingnya pengiriman biji-bijian yang cepat, aman, dan terencana. Guler juga menyoroti sidang kedua pertemuan di kantor pusat NATO dan membahas upaya memperkuat sikap pencegahan dan pertahanan aliansi pada lingkungan keamanan saat ini.
Dia mengatakan: "Dalam konteks ini, kami ingat bahwa setelah peristiwa di Kosovo, negara kami, yang memiliki hubungan sejarah dan budaya dengan negara-negara Balkan, segera mengerahkan batalion cadangan tambahan untuk berkontribusi pada perdamaian, ketenangan dan stabilitas di wilayah itu. Kami merinci kontribusi kami terhadap struktur komando dan kekuatan NATO, operasi dan misi, serta upaya di darat, laut, udara, dan ruang angkasa."
Guler juga mencatat bahwa mereka menyampaikan pandangan Turki tentang pokok-pokok agenda secara langsung selama pertemuan.
Dia mengatakan: "Kami menunjukkan kepekaan kami dalam melawan terorisme, seperti yang kami lakukan di setiap lingkungan. Kami menggarisbawahi bahwa terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya harus diberantas tanpa diskriminasi."
Kami menekankan tekad kami untuk memberantas seluruh organisasi teroris, termasuk PKK/YPG/PYD, FETO, ISIS, Al-Qaeda, dan lainnya. Kami mengharapkan dukungan penuh dari para sekutu kami mengenai hal ini.
Sebuah memorandum trilateral di KTT NATO yang ditandatangani beberapa negara pada Juni tahun lalu menetapkan bahwa Finlandia dan Swedia tidak akan memberikan dukungan kepada YPG/PYD, cabang PKK di Suriah, atau kepada Organisasi Teroris Fetullah (FETO) -- kelompok di balik kudeta yang gagal tahun 2016 di Turki.