Rusia: Barat Gagalkan Kesepakatan Damai dengan Ukraina

Ukraina sudah hampir menyepakati solusi damai dengan Rusia pada tahun lalu.

AP Photo/Bernat Armangue
Prajurit Ukraina menembak ke arah posisi Rusia di garis depan dekat Kherson, Ukraina selatan, Rabu, 23 November 2022. ilustrasi
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Ajudan Presiden Rusia Vladimir Putin, Vladimir Medinsky, mengungkapkan, Ukraina sudah hampir menyepakati solusi damai tahun lalu. Kiev bahkan nyaris menandatangani perjanjian tentang status netral terkait potensi bergabung dengan NATO. Namun sikap Ukraina tak sejalan dengan Barat.

Baca Juga


"Rusia siap untuk solusi damai, bukan dalam kata-kata, tapi dalam perbuatan. Selain itu, Kiev cukup dekat dengan solusi semacam itu. Namun keputusan seperti itu tidak sesuai dengan penangan Ukraina di Barat, (dan) mereka dengan sengaja memilih untuk menggagalkan proses negosiasi," kata Medinsky, Rabu (21/6/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Pernyataan Medinsky merupakan respons atas pertanyaan tentang apakah menurutnya perlu untuk mempublikasikan salah satu perjanjian dalam kerangka perjanjian tentang netralitas permanen dan jaminan keamanan untuk Ukraina yang diparaf oleh delegasi Ukraina setelah negosiasi di Istanbul, Turki.

Medinsky menjelaskan delegasi Ukraina tidak menyembunyikan bahwa mereka mengoordinasikan setiap gerakannya dengan Barat. Jadi dokumen tersebut bukan hal baru bagi Barat.

"Saya kira sekarang tidak perlu mempublikasikan apa pun. Dokumen itu rahasia, tetapi, di sisi lain, Kiev memiliki teks yang persis sama. Dan ini adalah jaminan bahwa kami tidak mengada-ada," ucapnya.

Akhir pekan lalu, Presiden Vladimir Putin menerima kunjungan delegasi para pemimpin beberapa negara Afrika yang berupaya memediasi Moskow dengan Kiev.

Pada kesempatan itu, Putin menunjukkan perjanjian tentang jaminan netralitas dan keamanan yang diparaf oleh delegasi Ukraina setelah pembicaraan di Istanbul tahun lalu. Inggris, Cina, AS, Turki, Prancis, dan Belarusia terdaftar sebagai penjamin keamanan untuk Ukraina.

Ketika menerima delegasi Afrika, Putin pun menegaskan bahwa Rusia tidak pernah menolak dialog dengan Ukraina. “Rusia tidak pernah menolak untuk mengadakan pembicaraan,” ujarnya pada Sabtu (17/6/2023).  

Sehari sebelum bertemu Putin, delegasi Afrika telah terlebih dulu mengunjungi Kiev dan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Dalam konferensi pers bersama, Zelensky mengatakan Rusia perlu membekukan perang guna memungkinkan negosiasi.

“Saya tekankan sekali lagi, kami membutuhkan perdamaian sejati, dan karena alasan itu, penarikan nyata pasukan Rusia dari seluruh tanah merdeka kami," ujarnya.

Sementara itu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa yang menjadi bagian dari delegasi mengatakan perang harus diselesaikan melalui cara diplomatik. "Hari ini, selama kunjungan kami, kami mendengar serangan rudal. Kegiatan semacam itu tidak bekerja dengan baik untuk perdamaian. Oleh karena itu, kami berbicara tentang perlunya de-eskalasi di kedua sisi sehingga perdamaian menemukan jalan dan menyelesaikan situasi," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler