Bagikan Kisah Rizhaf Setyo Hartono, Dosen ITB: Gagal SNBT tak Berarti Gagal di Masa Depan
Gagal masuk lima PTN, Rizhaf lulus di empat lainnya lewat jalur Ujian Mandiri.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menimba ilmu di kampus impian tentu menjadi harapan bagi banyak siswa SMA, tak terkecuali Rizhaf Setyo Hartono semasa remaja. Meski harus melalui banyak kegagalan, Rizhaf mampu bangkit dan terus berjuang hingga akhirnya berhasil mencetak segudang prestasi.
Kisah inspiratif Rizhaf dibagikan oleh dosen teknik metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB), Imam Santoso, melalui akun Instagram miliknya. Imam dan Rizhaf pertama kali berkomunikasi pada Oktober 2016. Kala itu, Rizhaf mengirimkan pesan pribadi melalui media sosial kepada Imam.
Dalam pesan tersebut, Rizhaf bercerita bahwa sejak kelas 11 SMA dia bercita-cita untuk berkuliah di ITB di jurusan Teknik Kimia. Namun, saat menceritakan cita-cita tersebut kepada orang lain, Rizhaf justru ditertawakan.
"Saat itu mental saya masih lugu dan akhirnya karena diketawain saya down," kata Rizhaf dalam pesannya kepada Imam, seperti dikutip dari Instagram @santosoim pada Kamis (22/6/2023).
Memasuki akhir kelas 12 SMA, Rizhaf mengubah rencananya untuk berkuliah di ITB karena tak mendapatkan restu dari orang tua. Rizhaf lalu memilih Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) sebagai tujuan barunya dan mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan Ujian Mandiri agar bisa melanjutkan pendidikannya ke ITS.
"Tetapi gagal," kata pria kelahiran Bondowoso tersebut.
Rizhaf juga sempat mencoba tes masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) karena tuntutan orang tuanya. Selain itu, Rizhaf sempat mengikuti tes masuk Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Akan tetapi, Rizhaf lagi-lagi menemui jalan buntu di kedua tes tersebut.
"Sudah lima kali saya gagal ditolak PT (Perguruan Tinggi). Saya bingung, dan harus bagaimana?" ungkap Rizhaf.
Rizhaf yang terinspirasi oleh perjuangan Imam memutuskan untuk tidak menyerah dan terus mencoba. Rizhaf lalu mencoba "plan B" dan mengikuti Ujian Mandiri di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Universitas Jember, Universitas Brawijaya, dan Akademi Metrologi dan Instrumentasi.
"Alhamdulillah lolos semua, Mas," tulis Rizhaf.
Rizhaf lalu memutuskan untuk memilih Universitas Brawijaya dan memulai perjalanannya sebagai mahasiswa jurusan Fisika dengan program Studi Instrumentasi. Selama berkuliah, Rizhaf ingin meraih nilai akademik terbaik seperti halnya Imam. Rizhaf melakukan hal itu karena ingin membanggakan orang tua, keluarga, hingga saudaranya.
Selain berkomitmen untuk memiliki nilai akademik yang baik, Rizhaf juga ingin aktif berorganisasi selama menjalani masa perkuliahan. Tak hanya itu, Rizhaf pun bercita-cita untuk mencetak prestasi di ajang kompetisi dalam negeri dan luar negeri.
Di saat yang sama, Rizhaf juga memasang target agar bisa mengikuti program pertukaran pelajar ke luar negeri. Sikap gigih dan pantang menyerah Rizhaf akhirnya membuahkan hasil yang sangat luar biasa.
Tak hanya berhasil menjadi pimpinan organisasi di kampus, Rizhaf juga mencetak banyak prestasi seperti yang dia harapkan. Rizhaf pun berhasil menorehkan prestasi saat berpartisipasi dalam ajang kompetisi di luar negeri. Kini, Rizhaf sudah menyelesaikan pendidikannya dan sukses berkarier sebagai product manager KoinWorks.
"Pesan moralnya, di mana pun kamu menuntut ilmu, asal sungguh-sungguh, maka bisa sukses. Gagal Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) bukan berarti gagal di kampus dan berkarier, apalagi gagal masa depan. Tetap semangat dan jangan menyerah," ujar Imam.