Naik Haji Cukup ke Al Zaytun? Ini Penjelasan Panji Gumilang

Panji Gumilang menjelaskan pernyataannya tentang Indonesia sebagai tanah yang suci.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Panji Gumilang berjalan keluar usai memenuhi panggilan tim investigasi di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (23/6/2023). Panji Gumilang memenuhi panggilan tim investigasi bentukan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Hal tersebut guna mengklarifikasi sejumlah isu kontroversial yang kini tengah viral terkait pondok pesantren di Indramayu tersebut.
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Ma'had Al Zaytun Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang membantah dirinya melarang orang-orang naik haji ke Tanah Suci. Ia juga membantah berhaji cukup dengan datang ke Al Zaytun dan melakukan thawaf di Al Zaytun serta memberikan tujuh sak semen sebagai ganti lempar jumrah.

Panji Gumilang menjelaskan pernyataannya tentang Indonesia sebagai tanah yang suci bukan berarti menyerukan orang-orang agar tidak usah pergi haji ke Tanah Suci. Menurutnya, pernyataan tentang Indonesia tanah yang suci bertujuan menanamkan dan memahamkan kepada para pelajar di Al Zaytun tentang Indonesia sebagai tanah yang suci seperti yang tertuang dalam bait lagu Indonesia Raya stanza III.

"Jadi bukan begitu narasinya, saya menyampaikan pada anak didik ini, pahamilah negaramu ini adalah tanah suci. Indonesia Tanah yang mulia tanah kita yang kaya, di sanalah aku berdiri, dan selanjutnya, itu stanza dua, stanza tiganya, Indonesia tanah yang suci tanah kita yang sakti, dan seterusnya. Inilah yang saya tanamkan. Kemudian anak-anakku, di Indonesia ini banyak orang yang pergi haji ingin mati di Tanah Suci karena mereka tidak paham anthem negaranya," kata Panji Gumilang menjawab pertanyaan Andi F Noya dalam program Kick Andy Double Check yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta.

Menurut Panji Gumilang, beberapa kata dalam lagu Indonesia Raya sejatinya diambil dari nama tempat di Timur Tengah. Kata itu adalah Baitul Maqdis sebagai tanah yang suci, Makkah Al Mukaromah tanah yang mulia, dan Madinah Al Munawwarah tanah yang bersinar.

Panji Gumilang juga mengatakan dirinya memberikan pengertian kepada anak didiknya di Al Zaytun bahwa ada orang yang pergi haji dengan harapan meninggal di Tanah Suci Makkah atau Madinah.

"Ini supaya tertanam bahwa kita punah negara, tanah yang suci, tanah sakti, tanah yang berseri. Mengapa kita punya iman pergi haji ke Makkah, Madinah yang kita namakan itu suci kemudian ingin mati di Tanah Suci, tapi tidak mengerti Indonesia ini tanah suci. Saya mau memberi pengertian seperti itu, bukan melarang naik haji. Saya itu punya perusahaan yang ngantar pergi umroh-haji itu. Rugi kalau itu (melarang haji). Bukan, bukan untuk melarang pergi haji," katanya.

Bahkan Panji Gumilang mengaku ia dan keluarganya sering berangkat haji ke baitullah.

Baca Juga


Panji Gumilang merasa disudutkan...

"Saya itu karena petugas dari Arab Saudi dulu yang namanya Rabithah alam Islami, saya setahun dapat satu tiket sekeluarga ya selalu (naik haji), bukan lagi ke tanah suci kemana-mana berkali-kali ngga usah dihitung," katanya.

Menurutnya, tudingan tentang dirinya yang melarang berhaji adalah upaya menyudutkannya. Ia pun menampik hal itu, terlebih Panji mengaku sebagai seorang Muslim. Sementara itu, tentang isu bahwa orang-orang melakukan haji di Al Zaytun dan bertawaf dengan mengelilingi Al Zaytun hingga melempar jumrah dengan tujuh sak semen, Panji menjelaskan thawaf berarti berkeliling atau berputar-putar.

Panji mengatakan orang-orang yang datang ke Al Zaytun kerap disuruhnya untuk berkeliling-keliling komplek Al Zaytun untuk melihat berbagai tempat di Al Zaytun.

"Ada pun orang datang kesini kami suruh thawaf, thawaf itu artinya keliling, berputar. Ini bahasa arab. Suruh keliling ini loh tempat makan, tempat produksi pangan, ini tempat kegiatan IT, berputar-putar namanya thawaf," katanya.

Tentang tujuh sak semen, Panji mengatakan itu adalah sedekah. Ia mengatakan dirinya meminta kepada orang yang hendak bersedekah ke Al Zaytun agar jangan memberi uang, tetapi lebih baik memberi semen.

"Bagaimana ada aturan seperti itu (lempar jumroh dengan semen tujuh sak). Kalau mau sedekah jangan kasih, yang kasih semen nah begitu. Itu yang kita harapkan, sebab kalau sedekah uang, semen itu kadang-kadang naik kadang-kadang turun. Kalau mau mengonteks-ngontekskan kacau kan. Kalau ada ramai di sini, ramainya disini Idul Fitri, Idul Adha, dan Muharam," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler