Insiden Pembakaran Alquran Buat Swedia Terpecah
Pembakaran Alquran memicu perdebatan di Swedia tentang batasan kebebasan berbicara
REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Insiden pembakaran Alquran telah membuat Swedia terpecah antara komitmennya terhadap kebebasan berbicara dan penghormatan terhadap agama minoritas. Bentrokan prinsip-prinsip fundamental telah memperumit keinginan Swedia untuk bergabung dengan NATO.
Turki telah memblokir akses Swedia untuk bergabung dengan NATO sejak tahun lalu, dengan alasan protes anti-Turki dan anti-Islam di Stockholm. Pekan lalu, seorang imigran Kristen Irak membakar kitab suci Islam di luar masjid Stockholm selama hari raya besar Idul Adha.
Pembakaran itu memicu kecaman luas di dunia Islam. Peristiwa pembakaran Alquran ini memicu perdebatan di Swedia tentang batasan kebebasan berbicara. Polisi Swedia mengatakan, mereka telah menerima permintaan izin demonstrasi oleh orang-orang yang ingin membakar kitab suci Alquran, Taurat, dan Injil.
Negara-negara Muslim telah mendesak Swedia untuk memberlakukan larangan membakar kitab suci agama tertentu. Bahkan, beberapa komentator liberal di Swedia berpendapat bahwa protes tersebut harus dianggap sebagai ujaran kebencian, yang dilarang di negara tersebut ketika menargetkan etnis atau ras tertentu.
Tetapi, banyak orang di Swedia mengatakan, mengkritik agama dengan cara yang dianggap ofensif harus diperbolehkan. Selain itu, Swedia harus menahan tekanan untuk memperkenalkan kembali undang-undang penistaan, yang ditinggalkan beberapa dekade lalu di negara Skandinavia yang didominasi Lutheran, tetapi sangat sekuler ini.
“Ini situasi yang sangat serius bagi Swedia,” kata Magnus Ranstorp, pakar terorisme yang merupakan penasihat strategis Pusat Keamanan Masyarakat di Universitas Pertahanan Swedia.
Polisi Stockholm pada Rabu (5/7/2023) mengatakan, mereka telah menerima dua permintaan izin baru untuk aksi protes pembakaran kitab suci agama di ibu kota. Satu permintaan izin dari seseorang yang ingin membakar Alquran di luar masjid dan satu lagi dari seseorang yang ingin membakar Taurat dan Alkitab di luar Kedutaan Besar Israel.
Baca Juga: Muslim Pakistan Bersatu Gelar Unjuk Rasa Bertema 'Hari Kesucian Alquran'
Kepala polisi setempat Mattias Sigfridsson mengatakan kepada The Associated Press, permintaan ketiga yang melibatkan pembakaran kitab suci agama telah diajukan di Kota Helsingborg. Namun, polisi belum memutuskan permintaan tersebut.
"Di Swedia, kami memiliki kebebasan berekspresi. Kami juga menghormati orang-orang yang memiliki pendapat berbeda dan fakta bahwa hal itu dapat melukai perasaan tertentu. Kita harus melihat hukum. Itulah yang kami lakukan,” kata Sigfridsson.
Polisi Stockholm mencoba untuk menghentikan protes pembakaran Alquran awal tahun ini, tetapi ditolak oleh pengadilan yang mengatakan bahwa tindakan tersebut dilindungi oleh hukum Swedia. Mengutip keputusan itu, polisi pekan lalu mengizinkan seorang pria yang diidentifikasi sebagai seorang Kristen dari Irak membakar Alquran di luar sebuah masjid di Stockholm pada saat Idul Adha. Para pemimpin Muslim di Swedia menyesalkan insiden tersebut dan negara Timur Tengah bereaksi paling kuat.
Kedutaan Besar Swedia di Baghdad sempat diserbu oleh pengunjuk rasa yang marah. Organisasi untuk Kerja Sama Islam (OKI) mengutuk tindakan tersebut dan mengkritik otoritas Swedia karena mengizinkan pembakaran Alquran. Sementara Iran menahan diri untuk tidak mengirim duta besar baru ke Stockholm dan Pakistan meminta Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk menjadwalkan sesi khusus tentang masalah ini. Di luar dunia Muslim, Paus Fransiskus juga menyayangkan kejadian tersebut.
Swedia mengatakan menolak keras tindakan Islamofobia...
Sementara itu, Pemerintah Swedia mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka menolak keras tindakan Islamofobia yang dilakukan oleh individu di Swedia, karena tidak mencerminkan pendapat Pemerintah Swedia. Pernyataan ini menimbulkan kritik dari beberapa komentator di Swedia. Mereka mengatakan, pemerintah perlu membela kebebasan berbicara dan menahan diri untuk tidak menghakimi protes individu.
“Saya pikir itu luar biasa dan sangat tidak pantas bagi pemerintah untuk mengkritik demonstrasi individu yang dilakukan oleh seseorang yang, bagaimanapun juga, tetap berada dalam batas-batas hukum, yang hanya menggunakan kebebasan berekspresi konstitusionalnya," ujar Nils Funcke, seorang pendukung kebebasan berbicara terkemuka Swedia, mengatakan kepada penyiar publik SVT.
Swedia khawatir situasinya mulai mirip dengan kemarahan yang dihadapi Denmark dari negara-negara Muslim pada 2006 setelah penerbitan karikatur Nabi Muhammad di surat kabar. Ketika itu, konsulat dan kedutaan Denmark dibakar dan para kartunis menghadapi ancaman pembunuhan dari kelompok radikal. Upaya pejabat Denmark untuk menjelaskan bagaimana karikatur semacam itu dilindungi di bawah kebebasan berbicara ditolak secara luas di dunia Muslim.
Ranstorp mencurigai insiden pembakaran Alquran terbaru, karena bertepatan ketika pejabat Swedia dan Turki bersiap untuk mengadakan pembicaraan tentang aksesi NATO. “Kami memiliki kekuatan asing, seperti Rusia misalnya, yang menyebarkan informasi dalam bahasa Arab tentang ini. Kami memiliki Turki, yang menggunakannya untuk pengaruh dalam debat NATO,” kata Ranstorp.
Pria Irak di belakang protes tersebut mengatakan kepada media Swedia bahwa, aksi protes itu ditujukan untuk menyerang Islam dan bukan terkait dengan aksesi Swedia ke NATO. Dinas Keamanan Swedia telah memperingatkan bahwa ada campur tangan Rusia dalam masyarakat Swedia.
“Secara umum, Dinas Keamanan Swedia melihat bagaimana negara-negara otoriter, seperti Rusia, menggunakan proksi untuk mengacaukan atau memengaruhi opini publik dan pengambilan keputusan Swedia,” kata juru bicara Dinas Keamanan Swedia, Adam Samara.
Swedia dan Finlandia bergegas mengajukan aplikasi keanggotaan NATO setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina tahun lalu. Rusia menanggapi langkah Swedia dan Finlandia itu dengan peringatan tentang konsekuensi politik-militer yang serius dan pembalasan oleh federasi Rusia.
Finlandia bergabung dengan NATO pada April. Sementara, Turki dan Hongaria adalah satu-satunya negara NATO yang belum meratifikasi aksesi Swedia. Untuk dapat bergabung dengan NATO, Swedia harus mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota.