Indonesia Minta Rusia Setujui Traktat Bebas Senjata Nuklir ASEAN
Rusia adalah salah satu negara pemilik senjata nuklir yang ditargetkan ASEAN.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia meminta Rusia segera menyetujui protokol Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (SEANWFZ) dan dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN bersama Rusia, Menlu Retno Marsudi menegaskan perlunya memastikan Asia Tenggara yang bebas senjata nuklir untuk menjaga perdamaian jangka panjang dan kemakmuran inklusif.
"Semua negara dengan senjata nuklir harus memajukan non proliferasi dan perlucutan senjata nuklir," kata Retno, berdasarkan transkrip pernyataan yang disampaikandalam sesi tertutup pertemuan yang dihadiri Menlu Rusia Sergey Lavrov di Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Rusia adalah salah satu negara pemilik senjata nuklir yang ditargetkan ASEAN untuk menandatangani protokol Traktat SEANWFZ, selain Cina, Prancis, Inggris, dan AS. Perjanjian Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Nuklir atau dikenal sebagai Perjanjian Bangkok ditandatangani pada 1995 oleh seluruh negara anggota ASEAN.
Perjanjian tersebut menetapkan bahwa negara-negara yang menandatangani traktat tersebut tidak dapat "mengembangkan, membuat, atau memperoleh, memiliki, atau memiliki kendali atas senjata nuklir", "menempatkan atau mengangkut senjata nuklir dengan cara apa pun", atau "menguji atau menggunakan senjata nuklir."
"Untuk tujuan ini, saya mengandalkan Rusia untuk segera menyetujui Protokol SEANWFZ," ujar Retno.
Sejumlah negara pemilik senjata nuklir menyatakan keberatan terhadap beberapa bagian protokol Traktat SEANWFZ, berbeda dengan China yang menyatakan siap menandatangani perjanjian itu meskipun belum ada tindak lanjut.
Selain membahas Traktat SEANWFZ, Indonesia juga mendorong penguatan kerja sama di bidang ketahanan pangan antara ASEAN dengan Rusia.Dalam hal ini, Indonesia menyerukan kolaborasi nyata untuk menyelamatkan dunia, di tengah perang yang masih berkecamuk antara Rusia dan Ukraina.
"Sebagai teman Rusia maupun Ukraina, Indonesia tak kenal lelah untuk menyerukan perdamaian. Kemitraan kita harus mewujudkan paradigma ini dalam tindakan nyata," ujar Retno.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa dalam KTT pada September mendatang, ASEAN akan mengusulkan Deklarasi Pemimpin tentang Penguatan Ketahanan Pangan dan Gizi dalam Menanggapi Krisis. "Dukungan Rusia terhadap inisiatif ini sangat penting, mengingat status Rusia sebagai produsen biji-bijian dan pupuk global," tutur Retno.
Rusia telah menjadi mitra wicara ASEAN selama lebih dari 26 tahun. dan pada 2018, hubungan kedua pihak naik status menjadi Kemitraan Strategis. Kontribusi Rusia, termasuk dalam pengarusutamaan Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP) dan kerja-kerja dengan para mitra lainnya, juga sangat diharapkan oleh Indonesia.